Teknologi informasi dan komunikasi merupakan payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyiapkan informasi. Menurut Haryadi, guru SMPN 2 Jonggol, penyampaian informasi tidak lagi dilakukan secara tatap muka langsung tetapi melalui media.
“Informasi tersebut disampaikan melalui media salah satunya yakni media massa yang secara umum menyajikan ide-ide budaya dalam tiga cara yang berkaitan satu sama lain,” kata dia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (22/11/2021).
Menurutnya, media membantu kita mengidentifikasi dan mendiskusikan kode perilaku yang dapat diterima dalam masyarakat. Kedua, media mempelajari apa dan siapa yang diperhitungkan di dunia kita serta mengapa mereka begitu penting. “Media juga menentukan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita dan apa yang dipikirkan orang-orang seperti kita memikirkan orang lain,” ujar Haryadi.
Dia menuturkan, adanya media digital saat ini sangat penting untuk menyampaikan budaya-budaya apa saja yang ada dan disampaikan secara luas. “Budaya-budaya seperti apa yang disampaikan kita dapat melihat bentuk-bentuk budaya seperti praktik, produk, dan perspektif,” katanya.
Budaya praktik, menurut Haryadi, adalah pola interaksi sosial atau perilaku praktik melibatkan penggunaan produk. Praktik mewakili pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan kapan dan dimana serta bagaimana berinteraksi dalam budaya tertentu.
“Interaksi sosial atau perilaku itu sangat membutuhkan media digital misalnya ketika pandemi seperti yang saat ini kita alami. Kehadiran media digital sangat berarti membantu kita berinteraksi seperti dapat melakukan seminar online yang narasumber tersebut dari daerah di Indonesia,” tutur dia.
Bentuk budaya lainnya yaitu produk, kreasi berwujud atau tidak berwujud dari budaya tertentu. Contoh produk berwujud adalah lukisan, karya patung, ukiran, karya sastra dan lain-lain. Sementara produk tak berwujud terdiri dari dongeng lisan, tarian, ritual sakral, sistem pendidikan, hukum dan masih banyak lagi.
Selanjutnya, kata Haryadi, bentuk perspektif yaitu lebih cenderung pada hal-hal yang filosofis yakni makna, sikap, nilai, keyakinan, gagasan yang mendasari praktik budaya dan produk budaya masyarakat, perspektif budaya mewakili pandangan sekelompok masyarakat tentang dunia.
“Melalui media digital bentuk-bentuk dari budaya itu bisa ditampilkan seperti produk budaya lukisan atau patung sekarang bisa dipamerkan melalui media sosial ataupun website, kita tidak perlu datang ke museum ataupun galeri,” ujar Haryadi.
Atau, lanjut dia, pihak galeri menyiapkan konten-konten produk-produk yang mereka buat. “Itulah kegunaan media digital untuk kebudayaan,” kata dia.
Sementara produk yang tidak berwujud dapat ditampilkan melalui media digital. Seperti musik tradisional, tarian, serta ritual dari setiap daerah. “Ketika sebuah daerah sedang mengadakan acara kita bisa merekam lalu membagikannya di media sosial kita itu merupakan sebuah bentuk dari pemanfaatan digitalisasi untuk kebudayaan,” kata Haryadi.
Tujuannya, kata dia, agar masyarakat Indonesia semakin mengetahui mengenai multikulturalisme yang dimiliki oleh Indonesia. Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan tentang ragam di kehidupan atau kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan tentang adanya keragaman, kebhinnekaan, pluralitas sebagai realitas utama dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai sistem sosial budaya dan politik yang mereka anut.
“Jadi, setelah kita mempelajari digitalisasi dan perkembangan teknologi informasi kita diharapkan dapat memperdalam gagasan kebudayaan di Indonesia. Ditampilkan di ruang publik atau ruang digital itu agar kita bisa menyebarluaskan produk dan perspektif budaya secara digital dengan lebih luas,” kata Haryadi.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0