Pandemi Saatnya Investasi Reksadana

Tuesday, 29 June 21 Venue

Banyak yang beranggapan, investasi di tengah pandemi Covid-19 dan resesi seperti sekarang ini bukanlah keputusan yang tepat. Sebab, ekonomi dalam kondisi tidak pasti. Banyak dari mereka lebih memilih untuk menyimpan uangnya pada produk simpanan, seperti tabungan dan deposito.

Padahal, tidak salah berinvestasi di masa pandemi. Asalkan menanam modal pada instrumen tepat dan mampu mengelola risikonya, maka justru akan memperoleh cuan.

“Dengan investasi, bukan hanya mengamankan aset, tetapi juga mengembangkan uang. Salah satunya di instrumen reksadana. Instrumen rendah risiko, menguntungkan, dan pastinya aman karena dikelola manajer investasi,” papar Herman Desrizal, Branch Manager Bank Mandiri Cabang Madiun dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (24/6/2021).

BACA JUGA:   Penyebaran Radikalisme Melalui Media Sosial Sasar Anak Muda

Herman menerangkan, investasi reksadana pasar uang memberikan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan menabung di bank. Adapun reksadana pasar uang dapat memberikan keuntungan 4-6%, sedangkan bunga tabungan hanya 1%.

“Kita nabung terus, tapi ternyata bunga tabungan itu rendah lebih rendah dari inflasi. Jadi bunga tabungan itu tidak sampai 1% per tahun, mungkin ada beberapa tabungan digital yang menawarkan 3-4%. Tapi kalau inflasinya sendiri 5%, otomatis bunga kita tidak sebanding. Makanya kita perlu juga untuk investasi,” ungkapnya.

BACA JUGA:   Membangun DEWI, DEDI, DESI, dan KOIN di Indonesia

Ia juga menjelaskan bahwa reksadana juga mudah dicairkan. Dengan begitu, investor pemula tak perlu khawatir jika sewaktu-waktu membutuhkan dana tersebut.

“Sewaktu-waktu membutuhkan uang dari reksadana pasar uang dicairkan, cepat juga sekitar 1 sampai 3 hari kalau terpotong weekend. Jadi, 1-2 hari kerja sudah bisa masuk,” ujarnya.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Storytelling, Alternatif Cara Mengemas Wisata Budaya

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).