Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi metode yang diterapkan di hampir seluruh sekolah di Indonesia selama pandemi Covid-19. Menurut Jean Christy Sihotang, Teacher at Ora et Labora Senior High School, hal tersebut harus dilakukan, demi melindungi siswa dari risiko penularan dan penyebaran virus corona.
“Dalam prosesnya, berbagai tantangan pun dihadapi, baik oleh para siswa, guru, orangtua murid, sekolah, hingga dinas pendidikan di wilayah masing-masing. Karena bagaimanapun tidak semuanya memiliki kesiapan yang sama,” katanya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (8/9/2021).
Tantangan yang dihadapi selama PJJ, kata Jean, sangat banyak. “Ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi seluruh pihak, untuk mencapai kesuksesan siswa,” ujar Jean.
Menurut dia, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, di antaranya:
- Kondisi psikologis
Pada PJJ fase pertama, melihat adanya perubahan yang signifikan, karena para siswa sempat melakukan pembelajaran tatap muka selama kurang lebih 9 bulan. Saat pandemi dimulai, mereka mulai melakukan PJJ selama kurang lebih 2-3 bulan. Namun, tantangan muncul saat PJJ fase kedua dimulai. Di mana anak-anak memulai tahun ajaran baru yang semuanya berubah.
Mulai dari kelas, teman-teman, guru, mata pelajaran, bahkan sekolah baru bagi siswa yang baru lulus dari tingkat sebelumnya. Belum lagi dengan adanya berbagai tuntutan yang terus diberikan, mulai dari tugas, hingga sulitnya meminta bantuan pada orang lain, karena mereka belum pernah berinteraksi satu sama lain. Hal ini lantas membuat siswa merasa tertekan.
- Peran orangtua dan siswa
Di masa pandemi ini, tidak sedikit orangtua yang masih memberikan target-target khusus terhadap anak tanpa memahami kesulitan anak. Sebaliknya, di masa pandemi seperti sekarang, yang paling penting adalah cara untuk membahagiakan anak. Ketika anak bahagia, maka imunnya akan kuat, dan ketika imunnya kuat, dia bisa belajar apapun.
- Kesenjangan fasilitas penunjang
Meski saat ini sudah merupakan era digital, namun menurut data KPAI, 50% anak-anak yang berada di luar Jawa tidak terlayani PJJ secara daring. Jadi, mereka tidak bisa mengakses pelajaran melalui daring karena berbagai alasan.
- Sosialisasi mengenai PJJ yang belum maksimal
Berbagai upaya yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) patut diapresiasi. mendatangi 42 wilayah di Indonesia, sosialisasi mengenai PJJ ternyata belum maksimal dilakukan.
- Belum diterapkannya kurikulum darurat di sekolah-sekolah
Melihat bahwa di salah satu wilayah di Cilegon, Banten, mereka sudah menerapkan kurikulum darurat, yakni kurikulum 2013 yang disederhanakan dan disesuaikan dengan masa pandemi. Sayangnya, dari 42 wilayah yang didatangi KPAI, hanya 2 sekolah yang menerapkannya karena sudah mendapatkan petunjuk jelas dari dinas pendidikan dan 6 sekolah menerapkan tanpa petunjuk.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0