Demi mencapai target 20 juta wisatawan asing pada akhir 2019, sejumlah cara akan dilakukan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, salah satunya melalui extended service berupa wisata halal. Pasar wisatawan muslim yang begitu besar menjadi salah satu market yang diincar oleh Indonesia.
“Indonesia berhasil menggarap dua juta wisatawan muslim dari seluruh dunia sepanjang 2015. Namun, jumlah tersebut masih kalah dibandingkan Malaysia yang berhasil mendatangkan enam juta wisatawan muslim sepanjang 2015,” kata Riyanto Sofyan, Ketua Tim Percepatan Wisata Halal Kementerian Pariwisata.
Dalam diskusi tersebut, Riyanto mengajak pelaku industri pariwisata untuk turut serta memberikan pelayanan dan produk yang halal. “Wisata halal bukan berarti islamisasi atau arabisasi. Wisata halal merupakan extended service bagi wisatawan muslim untuk dapat berwisata dengan tenang. Untuk mencapai itu, dibutuhkan tiga syarat untuk memenuhi kategori tempat wisata halal,” kata Riyanto.
Ketiga syarat tersebut adalah pemenuhan tempat ibadah, air mengalir untuk tempat bersuci, serta ketersediaan makanan halal. Namun, meski telah memenuhi itu semua, perlu ditambahkan jaminan berupa sertifikasi kehalalan yang dikeluarkan oleh pemerintah. “Hal ini untuk menjadi jaminan bahwa kehalalan sudah masuk ke dalam sertifikasi tersebut,” kata Riyanto.
Riyanto pun telah menyosialisasikan kepada banyak pihak, antara lain ke pengelola tempat wisata, hotel, dan restoran. “Program ini akan mendapat subsidi dari pemerintah untuk lima destinasi prioritas halal, yaitu Lombok, Aceh, Sumatera Barat, Bandung, dan Jakarta.
Sayangnya, meskipun telah memenuhi syarat tersebut, akan tak berarti jika tidak dipromosikan. Menurut Rizanto Binol, Client Service Director Ogilvy, permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan wisata halal ialah kurangnya komunikasi terhadap publik.
“Meski telah banyak tempat wisata serta hotel di Indonesia menyediakan kebutuhan untuk wisatawan halal, tapi kurangnya publikasi, baik konvensional atau digital, menjadi penghambat,” kata Rizanto. Hal tersebutlah yang membuat banyak wisatawan muslim asing ragu untuk bertandang ke Indonesia.
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan pemerintah ialah memberikan panduan dalam bahasa Arab bagi wisatawan dari Timur Tengah. Panduan itu bisa berupa buku wisata halal atau direktori berisikan tempat-tempat wisata yang nyaman bagi wisatawan muslim. “Keselarasan branding wisata halal dan Wonderful Indonesia sudah terjalin. Namun, kurangnya tiga kriteria tersebut membuat potensi wisata halal belum maksimal,” kata Rizanto.
Senada dengan Rizanto, Taufan Rahmadi selaku Tim Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata, juga mengajak para biro perjalanan untuk mulai menjual paket wisata muslim tersebut. “Misalnya 15 hari paket wisata untuk tiga tempat, dimulai dari Jakarta selama tiga hari, lalu lanjut ke Bali dan Lombok. Paket ini terbukti berhasil menarik banyak wisatawan dari Timur Tengah. Terbukti, Lombok mengalami kenaikan kunjungan wisatawan asing hingga 50 persen pada 2015,” ujar Taufan.
Penulis: Mikhail
KOMENTAR
0