Beberapa minggu belakangan, sedang ramai diberitakan bahwa tiket ke seluruh destinasi dari satu maskapai berbiaya rendah sulit ditemukan, bahkan tak terlihat di-display pada online channel distribution. Padahal, saat ini LCC dianggap sebagai medium pembuka pintu pariwisata yang menarik minat masyarakat untuk berwisata. Tak heran, pasar di Indonesia dianggap cukup bergantung pada penerbangan murah, yang sebagian besar dibeli melalui sistem pendistribusian online berbasis aplikasi.
Beberapa online travel agent (OTA) sebelumnya sempat menjadikan tiket LCC sebagai andalan untuk dijadikan sebagai salah satu komponen perjalanan, tetapi kini beberapa OTA tak lagi menyediakan tiket dari maskapai yang dikenal ekonomis tersebut. Dengan kondisi ini, masyarakat diprediksi akan kembali menjadikan conventional travel agent (CTA) sebagai solusi utama karena dianggap bisa menyediakan komponen perjalanan yang lebih lengkap, tepercaya, dan bisa diakses baik online maupun offline.
Hellen Xu, CEO Panorama JTB Tours, berpendapat jika perusahaan penyedia jasa tour & travel memang melihat online yang merupakan salah satu channel penjualan yang wajib disediakan travel agent sekarang ini, tetapi mereka harus tetap menyediakan distribution channel lainnya, seperti offline store yang menjadi kekuatan tersendiri bagi CTA. Oleh karena itu, permasalahan distribusi online LCC ini sesungguhnya dapat diselesaikan dengan memilih agen travel konvensional. Hal ini yang membedakan biro wisata yang sudah berdiri lama dengan yang baru, bahwa mereka memiliki saluran distribusi yang banyak dan mudah sekali ditemui di pusat-pusat perbelanjaan terdekat.
“Customer akan merasa lebih nyaman dan aman, apalagi toko fisiknya jelas dan bisa langsung dilayani dan bertatap muka dengan representasi Panorama JTB. Tapi bukan berarti kita menutup mata akan perkembangan teknologi dan digitalisasi yang sedang berlangsung. Panorama JTB juga memiliki portal khusus penjualan komponen perjalanan, seperti voucher hotel dan tiket pesawat, termasuk penjualan tiket maskapai berbiaya rendah (LCC) juga kami sediakan,” ujar Hellen.
Hellen menambahkan, harga tiket yang dijual di situs online maupun offline store cenderung sama. Bahkan, pada periode-periode tertentu, promo yang ditawarkan biro perjalanan konvensional bisa lebih menggiurkan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), merujuk pada data yang merangkum permintaan masyarakat terhadap wisata, pada periode Januari-Oktober 2018, penumpang untuk rute penerbangan domestik meningkat 6,98 persen ke angka 78,63 juta penumpang. Sedangkan untuk rute internasional, pada periode yang sama tumbuh sekitar 7,8 persen menjadi 14,9 juta orang. Sebagian besar dari penumpang ini memilih LCC karena mempertimbangkan kompetitifnya harga. Adanya kenaikan pada harga tiket LCC tentunya pengaruhnya sangat besar pada bidang pariwisata.
KOMENTAR
0