PSBB Jakarta Diperketat, Pelaku Hotel Diminta Atur Strategi

Monday, 21 September 20 Bonita Ningsih
Pullman Hotel Jakarta Central Park

Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, kembali memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta sejak pekan lalu. Dengan diperketatnya PSBB ini, beberapa sektor pariwisata seperti perhotelan harus menerima dampak bisnisnya seperti yang terjadi di PSBB awal.

Ferry Salanto, Head of Research Colliers International Indonesia, mengatakan, perhotelan memang menjadi sektor pertama yang paling terdampak dari aturan PSBB. Hal ini terjadi lantaran bisnis hotel ditopang dengan berbagai aktivitas bisnis dan liburan sehingga dengan diadakannya PSBB akan mengurangi aktivitas tersebut.

“Padahal, yang saya lihat, bisnis hotel sudah mulai membaik selama masa transisi kemarin. Tetapi, dengan kebijakan baru ini, semuanya kembali ke kondisi awal,” ujar Ferry.

Ia menyebutkan, saat PSBB pertama, bisnis hotel mengalami penurunan hingga 10 persen. Hal yang sama bisa saja terjadi saat ini karena beberapa aktivitas yang mengumpulkan khalayak ramai harus dikurangi. Oleh karena itu, Ferry berharap agar pelaku perhotelan menyiapkan berbagai strategi untuk mengatasi permasalahan ini.

BACA JUGA:   Kementerian Pariwisata Semakin Serius Datangkan Wisman Perbatasan

“Di PSBB tahap dua ini, sektor perhotelan harus kembali mencari strategi lain agar dapat bertahan seperti pada PSBB awal. Saya harap kondisi ini akan segera membaik, begitu pula dengan bisnis hotel,” dia menambahkan.

Langkah pertama yang dapat dilakukan agar bisnis hotel tetap berjalan ialah dengan mengutamakan protokol kesehatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan juga pemerintah setempat. Beberapa di antaranya ialah jaga jarak, penyediaan tempat cuci tangan, hand sanitizer, hingga wajib menggunakan masker di area hotel.

“Saat bisnis hotel ingin baik-baik saja, kemungkinan besar harus ada beberapa penyesuaian operasional di dalamnya. Menjalankan pedoman-pedoman yang ditetapkan WHO memang menjadi hal utama yang harus dilakukan,” ungkapnya.

BACA JUGA:   Pesawat Delegasi IMF-WB akan Parkir di Empat Bandara Ini

Strategi lainnya ialah dengan memanfaatkan teknologi tanpa sentuhan untuk melakukan aktivitas di area hotel. Pelaku hotel harus menambah peralatan terbaru untuk menghasilkan alat yang mendukung sistem tanpa sentuhan.

“Teknologi tanpa sentuhan ini mungkin membutuhkan banyak investasi di dalamnya, tetapi cara ini sangat baik untuk mengubah masa depan hotel. Saya lihat, beberapa hotel kelas atas sudah dapat menerapkan hal ini,” ucapnya lagi.

Selain dari aspek teknologi, strategi bertahan yang dapat dilakukan pelaku hotel ialah dengan melakukan sertifikasi terkait kebersihan, kesehatan, dan keamanan. Sertifikasi ini sebagai salah satu cara untuk meyakinkan para tamu bahwa hotel tersebut sudah terstandarisasi dalam melakukan protokol kesehatan.

Setelah mengutamakan kesehatan, pelaku hotel dapat mencoba strategi lain dengan membuat promosi menarik seperti paket menginap “buy now, pay later”. Promosi ini dapat digunakan untuk keperluan bisnis atau staycation karena dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu, pelaku hotel juga dapat menawarkan paket khusus untuk karantina mandiri selama 14 hari.

BACA JUGA:   Turis Indonesia Sudah Bisa Berwisata ke Australia

“Hotel dapat dijadikan sebagai tempat perlindungan diri bagi mereka yang memang ingin menyendiri atau melakukan karantina mandiri. Siapkan paket kreatif ini dan berikan keuntungan lebih bagi para tamunya dengan gratis makan tiga kali sehari,” dia menambahkan.