Kesenjangan kemajuan pariwisata di Bali Selatan dan Bali Utara merupakan persoalan lama di Pulau Bali. Hal tersebut juga menjadi perhatian Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Ketua PHRI Bali, yang disampaikannya pada saat Rapat Kerja Nasional PHRI I di Nusa Dua, Bali. Menurut Cok Ace, panggilan akrab Tjokorda Oka, di saat pemerintah tengah gencar mendorong hadirnya 10 “Bali Baru”, di Bali justru terjadi kegalauan menyangkut kesenjangan pariwisata Bali Selatan dan Bali Utara.
“Di Bali, kami sedang mengalami kerancuan. Dulu konsep pariwisata di Bali mengangkat wisata budaya, tapi semakin pesatnya pembangunan saat ini malah melemahkan budaya,” ujar Cok Ace.
Cok Ace menambahkan, saat ini pembangunan wisata di Bali kerap mengacu pada Singapura dan Hong Kong, tapi pembangunan tersebut juga kerap menggerus kearifan lokal. Untuk itu, Cok Ace meminta saran Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, agar pembangunan pariwisata tidak sampai menggerus kearifan lokal.
Menanggapi hal itu, Rizal Ramli mengatakan bahwa tokoh masyarakat di Bali memiliki peran menentukan arah pembangunan dan pemerataan pariwisata Bali Selatan-Bali Utara. “Menurut saya, sekarang terserah tokoh Bali, apa mau (Bali Utara) dikomersialkan? Atau mau di-maintain saja, dan jika begitu, apa yang harus di-maintain,” ujar Rizal.
Rizal menambahkan, apabila Bali Utara ingin dikomersialkan sepenuhnya, pengembangan tersebut setidaknya akan tampak seperti pembangunan pariwisata di kawasan Bali Selatan yang sudah padat dengan area bisnis dan komersial. “Kalau kita kembangkan (Bali Utara) nanti rusak lingkungannya dan tata budayanya. Atau, kita biarkan saja Bali Utara supaya heritage dan tata budayanya tidak berubah, sedangkan di Bali Selatan tetap dengan bisnisnya,” kata Rizal.
Kompetisi pariwisata di Bali memang sangat ketat, dan selama ini yang berkembang sangat pesat hanya di Bali Selatan. Menurut Rizal Ramli, sebenarnya pembangunan di Bali Utara tak begitu sulit diangkat karena daerah itu memiliki potensi yang besar, yakni dengan membangun bandara dan akses.
Rizal mengatakan, apabila Bali Utara dikembangkan, harga tanah di daerah tersebut akan melonjak hingga 20 kali lipat dibandingkan harga saat ini. Sementara itu, harga tanah di Bali Selatan saja saat ini sudah mencapai 100 kali lipat. “Apa itu yang memang diinginkan Bali? Karena itu, tokoh di Bali kumpul dulu apa sebenarnya yang diinginkan,” tandas Rizal.
Rapat Kerja Nasional PHRI I yang mengangkat tema “Wujudkan Target Pariwisata 2019” berlangsung dari tanggal 20 hingga 24 April 2016, bertempat di Bali International Convention Center The Westin Resort Nusa Dua Bali. Rapat Kerja Nasional PHRI I diikuti sekitar 500 peserta dari berbagai perwakilan PHRI di seluruh Indonesia.
Penulis: Nila Sofianti
KOMENTAR
0