Tiga Hari Bertualang di Utara Borneo

Wednesday, 03 March 21 Bayu Hari

Wisata petualangan yang ditawarkan Sabah terbilang lengkap. Mulai dari pucuk ketinggian Gunung Kinabalu, hingga alam bawah lautnya menarik untuk dieksplorasi.

Kue bisnis wisata petualangan tak mungil. Berdasarkan data Allied Market Research, pangsa pasar wisata petualangan mencapai US586,3 miliar pada 2018, dan akan meningkat menjadi US$1.626,7 miliar pada 2026. Wajar apabila Negeri Jiran menggarap ceruk itu dengan serius.

Untuk mengambil ceruk itu, Malaysia mengawalinya dengan menjadikan Kota Kinabalu, Sabah, sebagai tuan rumah perhelatan PATA Adventure Travel Conference and Mart yang berlangsung pada 12-14 Februari 2020. Kegiatan tersebut diikuti oleh 51 seller dan 45 buyer dari beberapa negara.

Menurut Datuk Musa Hj. Yusof, Director General Tourism Malaysia, kegiatan tersebut merupakan upaya mempromosikan potensi wisata petualangan di Sabah dan Sarawak. Berlangsung ketika virus corona menggemparkan dunia, kegiatan tersebut juga merupakan ajang pembuktian pada dunia bahwa Malaysia aman untuk dikunjungi.

Tak hanya para pelaku wisata petualang yang dibujuk untuk menjual Sabah dan Sarawak sebagai destinasi petualang. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, juga diselenggarakan Malaysia Mega Fam yang diikuti oleh 26 media massa dan influencer dari beberapa negara.

Pada kesempatan itu, para peserta Mega Fam diajak langsung mengunjungi sejumlah obyek wisata yang memiliki potensi wisata petualangan. Santap malam seraya menikmati senja dari atas kapal pesiar pun menjadi hidangan pembuka dalam rangkaian kegiatan Mega Fam itu. 

BACA JUGA:   Menelusuri Sejarah Kota Lama Pekanbaru dengan Berjalan Kaki

Esok harinya, petualangan pagi dimulai dengan mengunjungi Tagal Tinopikon Park yang berada di Kampung Notoruss, Penampang. Dari Kota Kinabalu, dibutuhkan sekitar 2 jam berkendara menuju tempat ini.

Dikembangkan sejak tahun 2008, Tagal Tinopikon Park tak ubahnya desa wisata di Indonesia. Aktivitas yang ditawarkan pun kurang lebih serupa, hanya saja kemasannya terasa berbeda.

Pengunjung diajak untuk melihat kebun buah yang ditanam penduduk lokal, belajar menyadap getah karet yang menjadi mata pencaharian penduduk setempat, melakukan permainan tradisional, serta diajak untuk melihat proses budidaya madu. Selain itu, di tempat ini pengunjung juga dapat berenang seraya memberi makan ikan yang hilir-mudik di kejernihan sungai yang mengelilingi kampung Notoruss.    

Selain itu, pengunjung juga dapat melakukan trekking ringan berdurasi 30 menit menuju air terjun mungil yang berada di dalam hutan. Ketika mentari kian meninggi, paket wisata di tempat ini akan ditutup dengan menyantap kuliner masyarakat lokal yang dimasak dengan kayu bakar.   

Dari Tagal Tinopikon Park, petualangan berikutnya menanti di Sungai Klias yang berada sekitar 122 kilometer dari Kota Kinabalu. Dari atas perahu, wisatawan dapat menikmati keasrian hutan bakau yang menjadi habitat bagi proboscis monkey (bekantan), binatang endemik pulau Borneo. 

Saat senja ditelan malam, atraksi wisata yang menarik di tempat ini ialah menyaksikan kelap-kelip kunang-kunang berkumpul di beberapa pohon di tepian sungai. Apabila cuaca cerah, ribuan bintang yang menghiasi langit di utara Borneo bakal membuat petualangan menyusuri Sungai Klias di malam hari terasa lebih syahdu.

BACA JUGA:   Jambi Gencarkan Promosi Wisata Minat Khusus

Hari Kedua   

Keesokan harinya, usai menghadiri kegiatan PATA Adventure Travel Conference yang membahas beragam tren dan potensi pasar wisata petualangan, para peserta Mega Fam kemudian diajak untuk mengunjungi Mari Mari Cultural Village yang terletak di Kionsom, Inanam.

Tempat yang dikembangkan sejak tahun 199 ini layaknya museum hidup yang mengabadikan keseharian hidup lima suku yang mendominasi utara Borneo. Kelima suku yang ditampilkan itu adalah Kadazan-Dusun, Rungus, Lundayeh, Bajau, dan Murut.

Ketika mengunjunginya–trip hanya dibuka pagi dan sore hari, turis akan diajak untuk bertandang ke rumah masing-masing suku. Di setiap rumah itu, turis dapat menyaksikan keseharian hidup tiap-tiap suku, mulai dari proses penyajian dan mencicipi makanan tradisional, membuat pakaian dari kulit kayu (nangka), membuat api dengan hanya menggunakan bambu, hingga cara menato tubuh.

Selain itu, pengunjung juga akan disuguhi oleh atraksi budaya masing-masing suku yang dikemas dalam sebuah pementasan seni pertunjukan. Paket tur di Mari Mari village kemudian ditutup dengan bersantap malam.  

Hari Ketiga    

Sebagai destinasi wisata petualangan, Sabah terbilang menawarkan paket lengkap, mulai dari pucuk ketinggian Gunung Kinabalu, lebatnya hutan hujan tropis, hingga pesona alam bawah lautnya.

BACA JUGA:   Pulau Sepa, Alternatif Destinasi Wisata Akhir Pekan

Pada hari ketiga di Sabah, peserta Mega Fam juga diajak untuk merasakan sensasi bermain arung jeram di Sungai Kiulu. Meskipun jeramnya tak besar, kategori grade 1-2, namun sungai ini memiliki air yang jernih. Sisi kanan dan kirinya juga masih rimbun tertutup oleh pepohonan.

Mengarungi Sungai Kiulu ini merupakan aktivitas favorit bagi turis yang bertandang ke Sabah. Sebelum virus corona mewabah, sungai ini selalu ramai dilintasi perahu karet yang ditunggangi para turis. Kini, sungai ini sepi, dalam sehari hanya 1-2 grup yang melakukan aktivitas arung jeram.

“Sebelumnya saya memandu 2-3 grup dalam sehari. Sekarang paling hanya 1 grup. Padahal, sebelum wabah corona, banyak grup insentif yang berarung jeram. Terbesar kami pernah menangani 300 peserta grup insentif,” kata salah satu pemandu arung jeram.

Sementara itu, untuk mengarungi Sungai Kiulu dibutuhkan waktu sekitar dua jam, dengan panjang lintas jeram kurang lebih 15 kilometer. Usai bermain arung jeram, peserta pun kembali hotel, dan keesokan harinya bertolak meninggalkan Sabah.