Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah memilih tiga desa wisata yang akan mengikuti ajang UNWTO Best Tourism Villages 2021. Tiga desa wisata tersebut akan berjuang membawa nama Indonesia ke ajang internasional yang dibuat oleh Organisasi Pariwisata Dunia.
Ketiganya adalah Desa Wisata Nglanggeran di Gunung Kidul, DIY Yogyakarta, Desa Wisata Tetebatu di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, serta Desa Wae Rebo yang terletak di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kemenparekraf memilih tiga desa wisata tersebut karena memiliki banyak keunggulan berkelas internasional. Dalam hal ini, Kemenparekraf akan membagikan informasi terkait potensi dan keunikan yang dimiliki masing-masing desa wisata tersebut.
- Desa Wisata Nglanggeran
Desa Wisata Nglanggeran terletak di Gunung Kidul, DIY Yogyakarta, tepatnya di kawasan Gunung Api Purba. Oleh warga setempat, gunung api purba dijadikan sebuah daya tarik tersendiri untuk mengundang banyak wisatawan ke dalamnya. Gunung Api Purba tersebut merupakan bagian dari Geopark Gunung Sewu yang sudah diakui oleh dunia.
Untuk menikmati kemegahan Gunung Api Purba, wisatawan bisa tracking dengan menaiki 100 anak tangga yang tersedia di sana. Setibanya di atas, wisatawan bisa melihat gunung api purba yang membentang luas dengan keunikan bongkahan-bongkahan batu.
Di sana, mereka juga bisa melihat pemandangan utuh geosite serta melihat keunikan Kampung Pitu, sebuah kampung yang hanya boleh diisi 7 keluarga di dalamnya. Ada juga Embung Nglanggeran sebuah objek wisata yang berasal dari tampungan air seluas 0,34 hektar. Tempat ini juga digunakan warga lokal untuk mengairi kebun di sana.
Desa Wisata Nglanggeran juga memiliki potensi seni dan budaya yang masih terjaga kelestariannya. Beberapa diantaranya adalah Tarian Reog Nglanggeran, GejogLesung, Jathilan, Kenduri, Karawitan, dan Festival Kirab Budaya.
Ada juga potensi ekonomi kreatif seperti kerajinan batik topeng, olahan spa, dan deretan kuliner. Desa Wisata Nglanggeran juga memiliki batik tulis motif gunung Api Purba serta batik jumputan menggunakan kelereng dan batu. Selain itu, ada batik ecoprint yang memanfaatkan daun jati, pepaya, singkong, dan kenikir.
2. Desa Wisata Tetebatu
Desa wisata ini memiliki magnet tersendiri untuk memikat para wisatawan domestik dan mancanegara karena letaknya di kawasan lembah Gunung Rinjani. Selain dapat melihat keindahan Gunung Rinjani, wisatawan dapat melihat Gunung Sangkareang dari Desa Wisata Tetebatu.
Hamparan sawah terasering juga menjadi pemandangan sehari-hari yang dapat dinikmati melalui desa ini. Wisatawan juga akan tergoda dengan pemandangan dua air terjun bernama air terjun Sarang Walet atau Bat Cave dan air terjun Kokok Duren di dekat desa wisata tersebut. Desa ini juga memiliki Hutan Monyet yang di dalamnya terdapat monyet hitam endemik asli Tetebatu.
Bagi yang hobi tracking, Desa Wisata Tetebatu menawarkan tempat jalan-jalan yang sehat di kebun kopi, coklat, vanili, dan cengkeh milik masyarakat setempat. Ketika musim tanam tiba, wisatawan akan diajak untuk menanam kembali bibit-bibit tersebut di kebun yang telah tersedia.
Wisata religi juga dapat dinikmati wisatawan saat berkunjung ke Tetebatu. Di sini, wisatawan dapat melihat peninggalan bersejarah berupa Alquran kuno yang sudah berusia 200 tahun lebih. Alquran yang terbuat dari bahan kayu dan kulit onta ini, konon, ditulis dengan tulisan tangan.
Alquran kuno ini disimpan di sebuah rumah yang disebut bale kemaliq di Dusun Tete Batu Lingsar, Kecamatan Sikur. Alquran tersebut kini diwariskan kepada Jinarim alias Sukirman yang mengaku mendapatkan benda bersejarah itu dari kakeknya secara turun-temurun.
3. Desa Wae Rebo
Desa ini sering disebut surga di atas awan karena terletak di atas ketinggian 1.000 mdpl. Tak heran, jika pemandangan yang disuguhkan di desa tersebut sangat memukau layaknya seperti lukisan.
Untuk mencapai ke tempat ini, pengunjung harus melewati jalanan menanjak karena letaknya di atas gunung. Pengunjung perlu tracking menyusuri jalan setapak, membelah hutan, hingga menyusuri sungai sejauh 6 kilometer.
Hamparan rumput hijau dikelilingi pegunungan dan kabut akan menjadi pemandangan utama yang dapat dilihat oleh para pengunjung. Hal tersebut juga dijadikan sebagai pesona desa yang memberikan kesan magis, namun tetap damai, tenang, dan sejahtera.
Hal lainnya yang juga mencuri perhatian para pengunjung di sana adalah hadirnya tujuh rumah adat sebagai ikonik Desa Wae Rebo. Memiliki bentuk seperti kerucut, rumah adat di desa ini dinamakan Mbaru Niang.
Masyarakat setempat juga sering melakukan berbagai acara adat setiap tahunnya. Misalnya saja upacara persembahan untuk roh yang menghuni tempat Wae Rebo. Acara ini rutin dilakukan selama dua kali dalam setahun yaitu pada Juni dan Oktober. Selain itu, ada upacara pernikahan dan juga upacara kelahiran.
Keindahan alam dan budaya yang ditampilkan Desa Wae Rebo membawanya sebagai salah satu tempat wisata terbaik yang ada di dunia. Bahkan, pada Agustus 2021 silam, Desa Wae Rebo telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
KOMENTAR
0