Hadirnya perusahaan minyak dan gas di sebuah daerah serta berlangsungnya kegiatan eksplorasi biasanya ikut mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Contohnya adalah yang terjadi di Bontang, Kalimantan Timur. Kegiatan eksplorasi gas bumi oleh PT Badak NGL mengubah kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Sebelum dieksplorasi, wilayah Bontang hanyalah hutan dan rawa, serta minim penduduk. Namun, hadirnya PT Badak membuat kehidupan sosial ekonomi tumbuh, infrastruktur jalan dibangun, lapangan pekerjaan bertambah, serta usaha seperti katering dan pertokoan juga ikut tumbuh. Begitu pula di wilayah lain yang menjadi lokasi perusahaan dan eksplorasi migas.
Sayangnya, sejak pertengahan 2014 harga minyak dunia mengalami penurunan. Daerah yang anggarannya ditopang oleh dana bagi hasil (DBH) migas paling merasakan dampaknya. Kutai Kartanegara contohnya, pada 2014 mendapatkan DBH Rp3,2 triliun, tapi pada 2015 hanya menerima Rp700 miliar.
Penerimaan negara dari sektor migas juga terkena dampaknya. Pada tahun lalu penerimaan negara dari sektor migas hanya Rp78,4 triliun, meleset dari target APBNP (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) 2015 sebesar Rp81,4 triliun. Tenny Wibowo, Direktur Indonesian Petroleum Association, mengatakan, “Jika tidak segera diantisipasi, situasi saat ini dalam jangka panjang dapat berimplikasi pada ketahanan energi Indonesia.”
Untuk itulah para stakeholders di industri migas perlu duduk bersama untuk mencari jalan keluar mengatasi tren harga minyak yang terus turun sekaligus mendorong pemerintah untuk memberi insentif bagi pelaku industri.
Dengan semangat inilah, meski dibarengi efisiensi di sana-sini, IPA Convention & Exhibition 2016 kembali diselenggarakan untuk ke-40 kalinya. Efisiensi ini tampak dari luas area pameran yang digunakan. Secara gross, IPA Convex tahun ini akan menempati area seluas 14.000 meter persegi, menurun dari luas area yang digunakan pada tahun lalu seluas 25.000 meter persegi. IPA Convex 2016 akan berlangsung pada 25-27 Mei di Jakarta Convention Center dengan target pengunjung mencapai 24.000 orang.
Jumlah ekshibitor yang akan ambil bagian pada IPA Convex 2016 juga berkurang. Hingga Jumat, 15 April 2016, ekshibitor yang sudah konfirmasi akan berpartisipasi baru 75 perusahaan. “Kami memaklumi berkurangnya jumlah ekshibitor karena kondisi industri migas saat ini memaksa perusahaan ikut melakukan efisiensi. Namun, target kami, setidaknya jumlah ekshibitor bisa mencapai setengah dari jumlah peserta tahun lalu, yakni sekitar 255 ekshibitor,” jelas Marudut Manulang, Ketua Pelaksana Konvensi IPA 2016.
Selain pameran, IPA Convex tahun ini juga akan diisi sejumlah diskusi pleno berbagai tema, seperti bagaimana menyelamatkan industri migas Indonesia di tengah turunnya harga minyak, sampai soal reformasi antar-sektor demi keberlanjutan energi. “Walau penuh efisiensi, tapi konvensi tahun ini tetap penting untuk meyakinkan enarik investor bahwa sektor migas Indonesia tetap kompetitif,” pungkas Marudut.
Penulis: Johana Novianti Hestriana
KOMENTAR
0