Pelaku Event Inggris Tolak Physical Distancing Dua Meter

Wednesday, 17 June 20 Herry Drajat
Teraskita Hotel Jakarta

Salah satu protokol yang akan diterbitkan pada penyelenggaraan event agar aman dan tidak terjadi penularan virus Corona adalah dengan menetapkan aturan physical distancing dan jarak minimum antar-stan. Penetapan aturan tersebut tentunya akan dapat mengubah jumlah partisipan, baik peserta maupun pengunjung, dan tentunya akan menurunkan omzet event yang diselenggarakan.

Business Visits & Events Partnership (BVEP), grup advokasi industri event di Inggris, telah memperingatkan akan terjadinya bencana serta tidak berkembangnya industri event jika pemerintah Inggris menetapkan aturan physical distancing berjarak dua meter.

BACA JUGA:   Menjalin Hubungan Lebih Erat Melalui Olahraga

Simon Hughes, Ketua BVEP mengatakan, “Hanya ada tiga negara di dunia yang saat ini menetapkan physical distancing dalam jarak dua meter, yaitu Kanada, Spanyol, dan Inggris. Penetapan aturan ini adalah berdasarkan risk-based, bukan berdasarkan pada panduan terbaik yang ada.”

Hughes menambahkan, aturan tersebut menempatkan Inggris di bawah kerugian kompetitif yang besar karena di negara lain lebih kompetitif dengan menerbitkan aturan yang berbeda dalam mengelola risiko dan tidak berdasarkan pada penerapan physical distancing.

“Berdasarkan perhitungan yang kami buat, jika pada penyelenggaraan event diterbitkan aturan physical distancing dalam jarak dua meter akan menyebabkan kerugian pada PDB sebesar £ 53 miliar, sedangkan jika ditetapkan dalam jarak satu meter akan menyebabkan kerugian menjadi £ 42,5 miliar. Dan berdasarkan skenario, hanya 25 persen event yang diselenggarakan dengan peraturan physical distancing dua meter akan menempatkan sebanyak 500.000 lapangan pekerjaan berisiko,” ujar Hughes.

BACA JUGA:   Indonesia Targetkan 4 Segmen Turis India Ini di SATTE 2024

Selanjutnya Hughes mengingatkan, jika panduan untuk memulai acara yang jelas dan memungkinkan industri event menyelenggarakan acara secara aman tidak terbit paling lambat pada akhir Juni, industri event kelas dunia di Inggris yang dibangun selama puluhan tahun akan hancur.