Dalam rangka percepatan pengembangan wisata MICE 2018, Asdep Wisata Alam dan Buatan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar RI menggelar acara Workshop Pengembangan Wisata MICE di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Bali pada 12 September 2018.
Workshop sehari penuh yang dihadiri oleh para wakil dari stakeholder industri MICE, pemprov, dan dinas pariwisata serta perwakilan media nasional dan lokal ini mengangkat tema “Dampak Ekonomi dan Kontribusi IMF-WBG Conference 2018 Sebagai Event MICE Dalam Meningkatkan Pendapatan Devisa Sektor Pariwisata Indonesia”.
Workshop ini bertujuan untuk memperoleh informasi terkait besarnya dampak ekonomi dari penyelenggaraan konferensi skala besar IMF-WBG yang akan digelar di Bali pada Oktober 2018 mendatang. Hasilnya diharapkan dapat memberi gambaran tentang manfaat ekonomi yang diperoleh dari sebuah penyelenggaraan konferensi bagi destinasi yang menjadi tuan rumah.
Kemenpar juga berharap dapat memanfaatkan momentum penting dan rangkaian aktivitas pertemuan tahunan IMF-WBG di Bali ini sebagai pijakan penghitungan dampak ekonomi dan kontribusi business tourism (MICE) terhadap pendapatan devisa dari sektor pariwisata Indonesia yang potensial.
Kegiatan workshop dalam bentuk panel diskusi ini dipimpin oleh fasilitator dan peserta workshop dari stakeholder terkait yang terdiri unsur pemerintah, pemda Bali, pelaku industri MICE dan pariwisata, asosiasi MICE dan pariwisata, akademisi perguruan tinggi, serta media.
Sementara itu yang menjadi keynote speaker dalam acara ini adalah Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar dan menghadirkan narasumber beberapa pakar dari Kemenkeu dan BI, Pacto Convex dan Royalindo Convex, serta ITDC dan BNDCC sebagai tuan rumah venue acara.
Dalam kesempatan itu, Peter Jacobs dari BI mengatakan, acara ini nanti dapat dijadikan momentum untuk memperkenalkan potensi Indonesia di mata para investor dunia. Bank Indonesia memperkirakan sekitar 3.500 hingga 5.000 investor mancanegara akan menghadiri pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Bali, 8-14 Oktober 2018.
“Yang perlu kami perhatikan juga adalah kehadiran para investor. Mereka merupakan para petinggi perusahaan dengan portofolio triliun dolar,” kata Peter Jacobs.
Untuk itu, pertemuan keuangan yang diklaim terbesar tersebut diharapkan menjadi momentum dalam mengenalkan potensi Indonesia di mata para penanam modal dunia itu.
Selain ribuan pengusaha atau investor itu, pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali akan dihadiri sekitar 3.000 hingga 4.000 delegasi resmi, pengamat (1.000), wartawan (1.000), staf IMF dan Bank Dunia (1.500), institusi lainnya (1.000), serta pihak terkait lainnya mencapai sekitar 1.500 orang. Ia menjelaskan tidak hanya untuk jangka pendek, pertemuan yang dijadwalkan dihadiri total sekitar 15.000 peserta dari 189 negara itu juga memberikan manfaat jangka panjang tidak hanya bagi Bali, tetapi juga Indonesia.
Peter menyebutkan, ajang itu akan menunjukkan kepemimpinan Indonesia sebagai tuan rumah yang membahas isu ekonomi global. Selain itu, menjadi momentum bagi sektor perdagangan dan investasi untuk mengenalkan produk unggulan Indonesia kepada dunia, mengenalkan peluang investasi dan usaha di Tanah Air.
Keuntungan untuk jangka panjang lain, kata dia, adalah mempromosikan potensi pariwisata dan bisnis pertemuan, insentif, konvensi dan pameran atau MICE, serta momentum perbaikan infrastruktur pariwisata. Tidak hanya itu, transfer ilmu pengetahuan dan memperkaya jaringan internasional juga merupakan manfaat jangka panjang dari pertemuan akbar itu.
Peter mengungkapkan, selama pertemuan IMF dan Bank Dunia, untuk pertama kalinya juga akan menghadirkan 10 pemimpin regional Asia Tenggara dalam “ASEAN Leaders Meeting”. Pertemuan yang membahas perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu terkini lainnya itu terbagi dalam tiga sesi utama IMF dan Bank Dunia.
KOMENTAR
0