Situasi sosial ekonomi yang masih berkembang dan belum sepenuhnya merata di berbagai negara Asia Pasifik menghadirkan tantangan terkait kesetaraan gender dan kesejahteraan pekerja perempuan. Meski demikian, kondisi ini juga memberikan kesempatan besar bagi para pemain utama dalam bisnis pariwisata untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah pencegahan dalam menghadapi tantangan ini.
Menjadi salah satu wilayah yang paling rentan dalam perdagangan manusia serta kesejahteraan perempuan, Asia Pasifik memiliki rekam jejak yang cukup memprihatinkan. Riset dari kelompok penasihat konsumen Value Champion menganalisis 14 negara dan wilayah, yang diambil dari sejumlah sumber untuk menentukan peringkat masing-masing negara dalam hal keselamatan, kesehatan, dan peluang dalam kesejahteraan perempuan. Hasilnya menunjukkan bahwa Singapura dan Selandia Baru adalah tempat teraman bagi perempuan di wilayah Asia Pasifik, sedangkan Indonesia dan India menempati peringkat terbawah.
Mencoba memberikan peluang yang lebih besar dan menanamkan semangat kesetaraan gender, beberapa korporasi berusaha untuk terus meningkatkan komposisi perempuan dalam peran manajerial. Di Asia Pasifik sendiri 6 dari 15 atau 40 persen posisi eksekutif diduduki oleh perempuan.
Meliá Hotels International, perusahaan perhotelan asal Spanyol yang memiliki properti di Asia Pasifik, termasuk 20 properti yang tersebar di Indonesia, Malaysia, Vietnam, Myanmar, dan Cina juga sangat memerhatikan secara cermat isu kesetaraan gender di properti yang dikelolanya.
Bernardo Cabot, Wakil Presiden Meliá Hotels International Asia Pasifik menyatakan bahwa Melia telah sejak lama memerhatikan secara cermat isu kesetaraan gender dan pentingnya keragaman, terutama di area Asia Pasifik.
“Melia adalah perusahaan yang bangga dengan keragaman kami dalam gender, budaya, kebangsaan, dan generasi. 44 persen dari tim global kami terdiri dari perempuan, dan perempuan menempati 25 persen dari semua posisi manajemen di hotel dan kantor perusahaan kami di mana jumlahnya meningkat setiap tahun,” ungkap Bernardo.
Javier Tejero, Human Resources Director Meliá Hotels International Asia Pasifik, menambahkan, “Sudah berada dalam DNA perusahaan kami untuk menyediakan kesempatan yang setara tanpa melihat gender, ras, agama, atau klasifikasi yang mendiskriminasi lainnya. Kami berfokus kepada pribadi, pada performa dan komitmen mereka dalam pekerjaan, pada perkembangan dan kesuksesan yang diraih.”
Meski demikian, Javier tidak memungkiri bahwa bahkan dalam skala global sekalipun, kesetaraan gender masih menjadi suatu tantangan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan professional.
“Saya rasa masing-masing dari kita harus memikirkan bagaimana caranya kita dapat berkontribusi dari bidang kita masing-masing untuk menanggulangi hal ini, dan mencapai dunia yang lebih baik untuk semua orang. Hal ini juga yang menjadi bagian penting dalam misi perusahaan kami di sini,” ujar Javier.
Selain langkah-langkah internal yang diterapkan dalam jaringan Asia Pasifik, Meliá Hotels International secara global juga mempromosikan pemberdayaan perempuan dengan bergabung dalam ClosinGap, yaitu sebuah gerakan yang diinisasi oleh 11 perusahaan ternama di Spanyol bersama beberapa nama terkemuka, seperti L’Oréal, Vodafone, dan BMW.
ClosinGap bertujuan untuk membuka diskusi dan upaya dalam menganalisis kesenjangan gender di berbagai industri, seperti hiburan, kesehatan, konsiliasi, pendidikan, pariwisata, konsumsi, digitalisasi, dan keuangan untuk menghitung dampak ekonomi dan menentukan tindakan yang dapat diambil oleh masyarakat dan institusi untuk memerangi isu kesetaraan gender.
“Masih banyak yang harus dilakukan dalam hal kesetaraan, dan itulah sebabnya kami merasa penting untuk memanfaatkan momen ini untuk mengenali dan merayakan peran wanita dalam perusahaan kami, bekerja keras untuk memastikan lingkungan kerja yang saling menghormati dan peluang yang setara,” ujar Bernardo.
KOMENTAR
0