Saat ini banyak beredar berita palsu atau yang biasa dikenal dengan hoaks. Diding Adi Parwoto, Praktisi IT & Ketua LPM IAI Uluwiyah Mojokerto, mengatakan, biasanya hoaks menyasar berbagai bidang dan kalangan.
“Misalnya hoaks di dunia kesehatan, politik, hingga yang menyasar dunia perbankan, seperti marak beredar kembali hoaks tentang “money rush” yang lagi-lagi berusaha mengganggu stabilitas perekenomian Indonesia,” kata dia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Selasa (14/9/2021).
Menurut dia, perkembangan media sosial yang begitu pesat, membuat semakin mudah untuk bertukar informasi dan menyebarkannya kepada siapa saja. “Namun perlu kita sadari tidak semua informasi berasal dari sumber yang benar sehingga kita perlu menggunakannya dengan bijak,” ujar Diding.
Dia mengatakan, semakin banyak pihak-pihak yang berusaha untuk memanfaatkan situasi dan kondisi saat ini, dengan menyebarkan berita atau informasi palsu yang tidak berdasar pada fakta dan realita. Oleh karena itu, lanjut dia, terdapat beberapa ciri hoaks yang dapat menjadi perhatian, di antaranya:
- Disebarluaskan melalui email/ media sosial atau chat broadcast
- Berisi pesan yang provokatif dan membuat kepanikan bahkan penuh dengan kalimat paranoid
- Hoaks biasanya meminta penerima untuk menyebar luaskan kembali berita tersebut kepada orang lain melalui media digital lainnya
- Sumber informasi tidak jelas
- Hoaks biasa diproduksi untuk menyasar kalangan tertentu
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, tantangan di ruang digital semakin besar, konten-konten negatif terus bermunculan dan kejahatan di ruang digital terus meningkat. “Menjadi kewajiban kita bersama untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat melalui literasi digital,” ujar dia saat membuka program Literasi Digital Nasional.
Menurut Presiden, terdapat konten-konten negatif yang marak muncul di ruang digital, seperti hoaks, penipuan daring, perjudian daring, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, ujaran kebencian, hingga radikalisme berbasis digital. “Dengan literasi digital kita minimalkan konten negatif dan membanjiri ruang digital dengan konten positif.”
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0