Seiring perkembangan zaman yang semakin maju dan internet sudah melekat pada kehidupan anak-anak, paparan pornografi yang tersebar bebas dan luas di dunia maya wajib diwaspadai. Menurut Miftakhul Firdaus, Fotografer & Relawan TIK, kemudahan mengakses internet, maka tidak menutup kemungkinan anak-anak telah menonton film porno di smartphonenya.
“Belum lagi didukung oleh pengaruh dari teman sepergaulannya di sekolah,” ujar CEO Mavix Studio itu dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (30/9/2021).
Miftakhul mengatakan, anak yang sudah terpapar materi pornografi bisa mengalami masalah mental dan terganggu tumbuh kembangnya. “Pornografi memengaruhi perilaku anak,” kata dia.
Menurutnya, dampaknya anak akan memiliki pandangan buruk tentang perempuan, melakukan kekerasan seksual, menjadi pelaku seks dini, kecanduan, penurunan prestasi sekolah, dan depresi. Oleh karena itu, lanjut dia, terdapat beberapa strategi pencegahan agar anak tidak terpapar pornografi, di antaranya:
- Terapkan peraturan disiplin keluarga sedini mungkin
Setiap keluarga pastinya memiliki aturan masing-masing agar dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Contoh kecil misalnya seperti peraturan jam main anak, tugas sehari-hari, serta tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ini termasuk peraturan dan disiplin tegas mengenai menonton jenis film yang mengandung unsur pornografi. Jika anak tidak sengaja melihat adegan yang menjurus ke arah pornografi di televisi atau di manapun, maka ajarkan untuk menutup mata, karena mereka belum cukup umur untuk melihat hal tersebut.
- Beri pondasi agama yang kuat
Tidak cukup hanya dengan peraturan keluarga saja, agama juga perlu orangtua ajarkan kepada anak sejak dini. Maka dari itu, untuk mencegah pornografi pada anak, ada baiknya jika orangtua juga turut memberikan pengertian pada mereka atas dasar agama yang dipercayai. Setiap agama pun pasti melarang hal negatif layaknya tontonan yang tidak mendidik dan berbahaya bagi mental dan otak seorang anak, seperti pornografi.
- Berikan edukasi seks sejak dini
Kebanyakan masyarakat Indonesia memang agak tabu mengenai hal yang satu ini. Namun kenyataanya, pendidikan seks sejak dini sangat diperlukan untuk anak. Tidak harus dijelaskan selengkap mungkin, orangtua hanya perlu menjelaskan dasarnya saja seperti menjelaskan anggota tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain serta menjelaskan beberapa anggota tubuh yang perlu ditutup dan dijaga agar tidak terlihat oleh orang lain.
- Batasi penggunaan internet untuk anak
Sumbu utama dari permasalahan pornografi di dunia adalah akses internet yang sangat mudah untuk masuk ke dalam situs tersebut. Maka dari itu, sebagai orangtua ada baiknya jika membatasi penggunaan internet untuk mereka. Biasakan untuk menggunakan gawai sebagai alat komunikasi dan bersosialiasai, bukanlah hal-hal negatif semacam itu.
- Isi hari-harinya dengan kegiatan positif
Salah satu hal yang dapat menyebabkan anak menonton pornografi adalah lengangnya kegiatan yang dijalani. Dengan waktu lengang yang dimiliki, maka bukan tidak mungkin jika hasrat penasarannya tidak dapat dibendung lagi sehingga dia mengakses video-video pornografi melalui internet secara diam-diam.
- Tanamkan bahaya pornografi bagi otak dan metalnya
Pengertian dari orangtua merupakan pilihan terbaik yang dapat dilakukan. Maka dari itu, menanamkan bahaya pornografi sejak dini perlu dilakukan sebelum terpapar lebih dulu oleh lingkungan di sekitarnya.
Miftakhul menuturkan, jika anak lebih dekat dengan Mama, maka akan lebih baik jika Mama yang menjelaskannya. “Namun jika dia lebih dekat dengan Papa, maka bukan tidak mungkin pula jika Papa yang memberikan pengertian padanya.”
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0