Kemajuan teknologi, termasuk adanya internet, memudahkan segala hal. Sayangnya, kehebatan internet juga memudahkan seseorang, khususnya anak-anak, menjadi korban cyberbullying. Menurut Abednego Tambayong, Brand and Graphic Designer, anak-anak sebenarnya belum paham betul bagaimana menyaring informasi dan bagaimana menanggapi apa yang dia terima dari dunia maya.
“Alhasil, bila ada yang memperlakukannya secara buruk di dunia maya, terutama di media sosial, dia bisa mengalami trauma dan akhirnya memengaruhi kehidupannya sehari-hari. Apa yang dilakukan orang lain terhadap dirinya pun bisa disaksikan oleh banyak orang,” ujar dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Senin (20/9/2021).
Melihat fenomena perundungan yang kian marak dilakukan di dunia maya, sudah sewajarnya orangtua mengenali ciri-ciri korban cyberbullying. Hal ini menjadi sangat penting karena seringkali anak tidak langsung bercerita jujur pada orangtua.
“Dengan demikian, Anda dapat melakukan upaya pemulihan agar buah hati tidak berisiko mengalami stres, depresi, atau gangguan mental lain,” ujar dia.
Menurutnya, masih banyak anak yang menjadi korban perundungan tidak berani menceritakan apa yang dialaminya pada orangtua atau orang terdekatnya. Oleh sebab itu, perlu mengetahui ciri-ciri korban cyberbullying, sekalipun mereka tidak mengungkapkannya secara langsung. Adapun ciri-ciri yang dimaksud, di antaranya:
- Menjauhkan Diri dari Gawai
Bila anak secara tiba-tiba mulai menjauhkan diri dari penggunaan gawai padahal dulunya sering, Anda perlu menanyakan alasannya. Sebab, minat seorang anak terhadap gawai secara alami akan menyusut ketika ia menjadi korban cyberbullying.
- Menghapus Akun Media Sosialnya
Saat media sosial mengganggu kehidupan, biasanya seseorang akan memilih untuk menghapus akun mereka. Jika anak Anda melakukan hal yang sama, cobalah untuk mencari tahu alasannya. Karena hal tersebut sangat umum dilakukan seseorang yang ingin melarikan diri dari perundungan.
- Menanyakan Cara Memblokir Orang
Anak menanyakan atau meminta bantuan orang terdekatnya untuk memblokir akun media sosial seseorang atau nomor seseorang. Itu berarti, mereka sudah mulai terganggu dengan orang-orang tertentu yang ada di daftar pertemanannya. Bisa jadi, orang yang ingin dia blokir adalah pelaku perundungan.
- Lonjakan Follower atau Permintaan Teman di Media Sosial
Memiliki teman atau follower baru belum tentu berarti baik. Pasalnya, bisa jadi anak Anda ramai dibicarakan karena menjadi korban perundungan. Peningkatan jumlah teman di dunia maya atau follower secara tiba-tiba bisa mengindikasikan sesuatu sedang terjadi atau ada hal yang menarik perhatian (dalam artian negatif), apalagi kalau dia tidak menceritakannya. Ingat, kalau positif, anak-anak akan dengan sukarela menceritakannya kepada orang lain, termasuk orangtuanya sendiri.
- Mengucapkan Kalimat yang Menurunkan Harga Diri
Kalimat yang menunjukkan rasa tertekan atau hidupnya tidak berarti juga perlu dicurigai. Sebab, kalimat-kalimat seperti itu dapat menjadi tanda bahwa ia telah menjadi korban perundungan. Ajak dia bicara dan tanyakan apa yang terjadi. Perhatian dari Anda adalah dukungan terbaik baginya.
- Perubahan Kebiasaan
Ciri-ciri selanjutnya dari anak yang mengalami cyberbullying, yaitu anak bisa tiba-tiba menjadi malas makan, sulit tidur, atau mengalami penurunan nilai pelajaran di sekolah. Selain itu, ekspresi gugup atau gelisah saat menggunakan gawai atau komputer juga bisa menjadi tanda ada yang tak beres.
- Mengisolasi Diri
Ketika secara tiba-tiba anak Anda memisahkan diri dari lingkungan sosialnya, tidak mau lagi bermain bersama teman-teman seperti biasanya, bisa jadi anak Anda tengah menjadi korban perundungan. Hal ini dia lakukan karena rasa percaya dirinya mulai turun.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0