Masyarakat yang aktif berinternet dan bermedia sosial saat ini wajib membutuhkan literasi digital yang lebih. Pentingnya literasi digital bukan hanya sekadar info mengenai bagaimana membuat akun dan sebagainya, namun ada banyak sisi yang bisa dipelajari. Bahkan, mereka yang piawai dengan digital dan bisa mengembangkannya justru menemukan kariernya di sana.
Dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (11/6/2021), Ayrton Edoardo, S.S., Founder & Director Crevolutionz, membahas tentang bahaya pornografi dan etika digital. Literasi bahaya pornografi di ruang digital ini tidak lagi tabu. Apalagi, kini kejahatan bermotif seksualitas semakin tinggi.
Pornografi adalah gambaran perilaku seksual dalam bentuk buku, patung, gambar bergerak, dan media lainnya yang ditujukan untuk menyebabkan kesenangan seksual. Maka etikanya, kegiatan yang personal tersebut tidak untuk diumbar di ruang publik.
“Etika sama halnya dengan kita hidup di real life, tentunya ada beberapa pilar. Sesuatu bisa dianggap pornografi atau tidak itu ada parameternya, yaitu kultur budaya, agama, dan peradaban. Jika tidak bersinggungan dengan ketiganya mungkin aman,” ujar Ayrton.
Beberapa dampak pornografi adalah kecanduan yang dapat membentuk pola ketergantungan dan dapat mengganggu fungsi sebagai makhluk sosial. Yang kedua adalah miskonsepsi seksualitas, yaitu penggambaran aktivitas seksual yang vulgar, melenceng, dan ekstrem dalam materi porno akan membentuk konsep seksualitas yang negatif dan tendensius dalam pola pikir manusia. Lalu masalah sosial, adiksi pornografi banyak menyebabkan timbulnya masalah sosial dan kesusilaan dalam masyarakat. Dampak kriminal dan peristiwa trauma sangat rentan terjadi.
“Lalu apa proteksi untuk generasi beretika digital dan paham seksualitas? Ada tiga peran penting yang harus terlibat hal ini. Pertama, peran keluarga, yang lebih tua mengajarkan ke yang muda. Harus ada keterbukaan yang sehat dalam komunikasi keluarga seputar isu seksualitas dan gender. Kedua, peran pendidikan dan lembaga pendidikan formal. Terakhir adalah peran media. Kita perlu mendorong produksi konten dan lebih sehat secara konsep dan berbudaya positif,” jelasnya.
Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada tahun 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0