Indonesia Menghadapi Digitalisasi Terorisme

Thursday, 08 July 21 Venue

Tingkat penyebaran radikalisme di Indonesia melalui media sosial cukup tinggi. Hal itu dikatakan Zulham Mubarak, Ketua Umum Milenial Utas, Komisaris PT. Agranirwasita Technology, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (7/7/2021).

Sejak 2018, kata dia, Indonesia sedang menghadapi digitalisasi terorisme. “Kita merupakan negara dengan persebaran akun media sosial radikalisme terbesar di dunia,” kata dia.

Menurut dia, terdapat hal yang menarik, ternyata kejahatan siber di Indonesia sejak Januari – Maret 2021 sudah mencapat 9 juta laporan. “Sepanjang 2020, kerugiannya sebanyak 47,6 triliun,” tuturnya.

Adanya internet, kata dia, tidak meminimalisir kejahatan yang terjadi. Sebaliknya, dengan adanya internet timbul jenis kejahatan siber yang jauh lebih membahayakan seperti pencurian data. Kejahatan siber yang dipaparkan oleh Zulham adalah cyber bullying, cyber fraud, porn, cyber gambling, dan cyber stalking.

Zulham mengatakan, saat ini adalah era revolusi industri 4.0. Merupakan pola yang menggunakan big data dan wireless connectivity. Kemudian, kalau dulu manusia itu memproduksi alat, saat ini, semua produksi dapat dilakukan dengan mesin. Beberapa mesin di antaranya dapat menggantikan peran manusia secara digital pada New Society 5.0 nanti.

BACA JUGA:   Kerap Permudah Pekerjaan Manusia, Ini Kekurangan Internet

“Pengetahuan digital yang saat ini paling penting untuk diketahui masyarakat adalah mesin pencarian informasi. Perlu diketahui, selama ini kita mengakses data dari mesin pencarian hanya berkisar 4% dari keseluruhan data yang ada di internet. Komponen terbesar internet ternyata ada di deep web sebesar 90%. Deep web tidak bisa diakses dengan browser biasa dan membutuhkan browser khusus,” tambahnya.

BACA JUGA:   Memahami CIA, Tujuan Keamanan Digital

Menurut Zulham, mesin pencarian bukan hanya Google, terdapat Yahoo, Bing, Yandex, Duck Duck Go, dan sebagainya. Beberapa negara juga ada yang memiliki regulasi untuk melarang penggunaan Google.

Selain mesin pencarian, aplikasi lainnya yang mendukung kemajuan dunia digital ialah Zoom. Dengan Zoom orang dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara virtual. Kemudian terdapat Google Hangout, aplikasi ini belum familiar digunakan orang-orang di Indonesia. Kalau pada Zoom pertemuan dibatasi waktu, Google Hangouts tidak menyediakan batasan waktu. Namun, maksimal partisipan pengguna Google Hangouts hanya 10 orang. 

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Rentan Merusak, Ini Jenis-Jenis Serangan Siber

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).