Kebocoran data meresahkan, sebab data sudah berubah menjadi komoditas paling berharga di dunia saat ini. Cara pihak-pihak terkait menangani data yang kurang baik. Salah satunya bagaimana cara pemerintah menangani data masyarakat.
“Jadi dulu waktu KPU, data kependudukan bocor cukup parah. Data kependudukan bocor berpotensi disalahgunakan untuk berbagai macam kegiatan kriminal,” kata Taufiqur Rahman Dosen Fakultas Keislaman Universitas Trunojoyo Madura, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Senin (18/10/2021).
Taufiqur menambahkan, “hari ini di Indonesia sudah parah, kita sudah terbiasa memalsukan identitas, lalu dengan blanko KTP kosong dia bikin KTP lalu buka rekening bodong untuk menampung hasil kejahatan. Kejahatan kelas teri yang kejahatannya paling Rp 5-10 juta. Butuh untuk nampung dengan menggunakan KTP palsu,” kata dia.
Selain itu, kata Taufiqur, juga berpotensi menggunakan KTP palsu untuk menggunakan data orang lain saat meminjam di layanan pinjaman online. Serta sehubungan dengan eHAC apabila data bocor, skenarionya bisa menyebabkan penyebaran Covid-19 menjadi tinggi.
“Ini skenario, jadi misalnya data eHAC bocor misalnya ada wisatawan masuk ke Indonesia, dites Covid. Tes covid positif ada yg disalah server diubah negatif. Orang itu yang tadinya tidak boleh masuk jadi boleh masuk. Itu kan serem akibatnya. Covid jadi tinggi penyebaran. Orang negatif jadi positif jadi kasihan dikarantina,” tuturnya.
Taufiqur mengatakan, terdapat bahaya yang mengintai di balik kejadian-kejadian kebocoran data di Indonesia. Data-data yang tersebar itu bisa dimanfaatkan untuk tindak kejahatan. Beberapa di antaranya telemarketing dan telemedicine palsu.
“Data yang tersebar semuanya valid dan bisa dimanfaatkan untuk tindak kejahatan, seperti telemarketing palsu. Dalam situasi pandemi saat ini sangat berbahaya karena bisa dijadikan bahan telemedicine palsu juga, jadi sangat berbahaya,” kata dia.
Taufiqur menambahkan, saat masyarakat menerima SMS penipuan, SMS iklan spam, email spam atau WhatsApp spam juga merupakan penyebab yang bersumber dari kebocoran data.
“Jadi bila kita banyak menerima SMS penipuan, SMS iklan spam, email spam, bahkan WhatsApp spam, juga penipuan lewat telepon seperti mengaku dari perbankan, ini salah satu penyebabnya adalah bersumber dari kebocoran data yang ada selama ini,” ujar dia.
Menurutnya, dengan kejadian ini, masyarakat menjadi obyek dan sasaran empuk penipuan. Kejadian tersebut mengganggu privasi dan sangat berbahaya, bisa membahayakan kehidupan individu atau bahkan kehidupan bangsa dan negara. Salah satu contohnya, dalam kasus sertifikat vaksin, beberapa kejadian data masyarakat digunakan orang lain untuk melakukan vaksin hingga mengunduh sertifikat vaksin.
“Sehingga pemilik data sesungguhnya malah tidak bisa menggunakan data pribadinya,” ujar dia.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
KOMENTAR
0