Keluarga Garda Terdepan Cegah Pola Pikir Radikal

Saturday, 09 October 21 Venue

Maraknya aksi terorisme terjadi karena masuknya paham-paham radikalisme. Paham ini bisa dicegah dengan pola asuh yang tepat.

“Keluarga menjadi garda terdepan untuk mencegah pola pikir radikal yang bisa menimbulkan aksi terorisme,” kata Ayrton Eduardo Aryaprabawa, Founder & Director Crevolutionz, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Kamis (07/10/2021).

Keluarga, kata dia, merupakan tempat pertama anak mendapatkan pelajaran. Di dalam keluarga mereka belajar tentang nilai-nilai kerukunan, toleransi, dan pengakuan atas keberagaman melalui interaksi yang mereka lakukan dengan anggota keluarga. “Karenanya keluarga memiliki peran penting untuk mendiskusikan informasi yang saat ini sangat mudah didapatkan,” kata Ayrton.

Dia juga menuturkan, orangtua perlu memiliki pemahaman keagamaan yang benar dan utuh sehingga bisa memberikan contoh praktik keagamaan yang baik.  “Jika orangtua sudah menjadi contoh yang baik dalam praktik keagamaan, anak akan dapat percaya dan tidak segan membuka topik pembicaraan seputar paham keagamaan yang telah mereka terima,” tuturnya.

BACA JUGA:   Mempromosikan Budaya Indonesia Melalui Ranah Digital

Untuk mencegah paham radikalisme masuk dalam lingkungan keluarga terutama pada anak, menurutnya, adalah menerapkan pola asuh yang tepat. Pola asuh yang demokratis dan toleran bisa menjadi benteng untuk menghalau ajaran terorisme. Orangtua bisa memiliki kontrol yang tinggi pada anak tetapi tetap terjalin hubungan yang hangat. 

“Dengan model pengasuhan ini orangtua akan mampu mengarahkan aktivitas anak, memberikan dorongan, menghargai tingkah laku anak, dan membimbingnya,” ujarnya.

BACA JUGA:   Membawa Iman Dalam Bermedia Sosial

Anak, kata dia, bisa bebas mengurus diri mereka sendiri namun tetap mengedepankan kedisiplinan yang sudah disepakati bersama. Kunci kesuksesan dalam pola pengasuhan demokratis adalah komunikasi. “Jangan membuat konsep bahwa orangtua selalu benar. Karena orangtua juga merupakan manusia maka Anda juga tidak luput dari kesalahan. Hal ini diperlukan agar Anda bisa menerima masukan dan keinginan buah hati,” kata Ayrton.

“Anak menjadi lebih paham dengan perbedaan dan terhindar dari intoleransi karena sudah terbiasa dengan diskusi yang beragam. Jika pola pikir buah hati sudah terbentuk demokratis, mereka bisa terhindar dari radikalisme, kasar, dan memaksakan kehendak,” ujar dia.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Membentengi Anak dari Konten Negatif

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).