Kendalikan Diri, Hindari Gaya Hidup Konsumtif

Tuesday, 10 August 21 Venue

Perubahan zaman yang semakin maju dan modern mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Tidak sedikit gaya hidup modern ditandai dengan gaya hidup konsumtif, mewah, individualis, ataupun semua yang serba instan.

Menurut Moh. Fiqih Ainuzzaki, Direktur CV. Mitra Integrasi Solusindo, gaya hidup konsumtif erat dengan hedonisme adalah suatu pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi merupakan tujuan utama hidup. Seseorang dikategorikan sebagai hedonisme ketika melakukan sebuah aktivitas yang mengarah ke modernisasi dan tentunya menghabiskan banyak uang dan waktu.

“Bagi sebagian orang, gaya hidup konsumtif dapat memberikan kebahagiaan, kepuasan dan kenikmatan tersendiri yang sebenarnya sifatnya hanya sementara,” katanya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (9/8/2021).

Menurut dia, tanpa disadari dan dilakukan terus-menerus, gaya hidup ini dapat membuat kesehatan keuangan dan mental kurang baik. “Di keadaaan ekonomi yang serba tidak pasti ini, ada baiknya mulai membiasakan hidup hemat dan mengatur keuangan secara bijak. Jangan sampai memiliki hutang konsumtif hanya untuk kebutuhan ego.”

BACA JUGA:   Anak dan Remaja Rentan Alami KBGO

Untuk keluar dari gaya hidup konsumtif, kata Fiqih, memang tidak mudah. Dibutuhkan komitmen dan kemauan kuat untuk meninggalkannya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar bisa mengendalikan diri dan menghindari gaya hidup konsumtif:

  • Membuat prioritas kebutuhan.

Langkah awal untuk menjauhi gaya hidup hedon adalah dengan menyusun daftar kebutuhan prioritas. Buatlah daftar prioritas kemudian tanamkan dalam pikiran bahwa harus lebih memprioritaskan hal tersebut daripada lainnya.

  • Menabung dan investasi.

Untuk orang yang memiliki gaya hidup konsumtif, biasanya sangat sulit untuk menabung ataupun investasi karena sebagian besar penghasilannya dialokasikan untuk memenuhi gaya hidup. Padahal menabung dan investasi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, seperti biaya pendidikan anak, membayar DP rumah, atau persiapan dana pensiun. Menabung tidak harus dalam jumlah banyak, bisa menyisihkan 10-30% penghasilan per bulan untuk pos keuangan ini.

  • Minimalkan penggunaan kartu kredit.

Hal penting yang benar-benar harus diingat adalah kartu kredit merupakan alat pembayaran, bukan alat hutang. Gunakanlah kartu kredit dengan bijak dan manfaatkan promo ataupun diskon yang diberikan bank penyedia kartu kredit agar pengeluaran lebih hemat. Jangan malah terayu membeli barang-barang tidak esensial dengan kartu kredit. Perlu diingat, dalam perencanaan keuangan, maksimal proporsi yang ideal untuk pos hutang maksimal sebesar 30% dari penghasilan setiap bulan. Jika lebih dari itu, keadaan keuangan bisa goyah dan berpotensi mengalami masalah keuangan.

  • Kurangi belanja online maupun offline
BACA JUGA:   Literasi Digital Kunci Keberhasilan Cyber Pedagogy

Jalan-jalan atau cuci mata kini tidak hanya bisa dilakukan di mall. Semenjak pandemik godaan belanja online jauh lebih besar karena tidak butuh effort banyak saat belanja. Tapi justru hal ini bisa memicu gaya hidup hedon, niat awalnya hanya cuci mata virtual, banyak yang berakhir dengan checkout belanjaan. Sebenarnya boleh saja belanja online, asalkan barang tersebut merupakan kebutuhan bukan sekadar iseng dibeli karena lucu atau diskon.

Fiqih mengatakan, gaya hidup modern merupakan kebiasaan atau pola tingkah laku terbaru sehari-hari manusia yang sesuai dengan tuntutan zaman. Sebagai tindakan positif, dapat hidup dengan lebih menghargai waktu, terbuka terhadap perkembangan dan perubahan teknologi, hingga belajar hal-hal baru.

BACA JUGA:   Tata Cara Melaporkan Penipuan Online Ke Polisi

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).