Penyebab Anak Kecanduan Internet

Thursday, 04 November 21 Venue

Berkembangnya teknologi digital berakibat semakin tenggelamnya orang di dunia maya dan melupakan dunia nyata. Hal itu menurut Widya Prasmustyo, Aktivis Teknologi Informasi, dibuktikan dengan data penelitian sebelum COVID-19. Ada 31,4 persen remaja di Jakarta mengalami kecanduan di internet.

“Angka ini cukup tinggi di dunia. Jadi, masalah ini ternyata ada di Indonesia,” kata Widya, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (02/11/2021).

Dia mengatakan, 91% anak mengakses internet di rumah. Melalui hal ini seharusnya orangtua telah mengetahui anak tersebut telah mengalami kecanduan internet.

“Pada remaja, 18,3% mengalami kecanduan internet. Jadi, satu dari lima orang mengalami kecanduan internet dan juga untuk dewasa muda, yang artinya berusia 18 tahun ke atas itu adalah sekitar 15%,” ujar Widya.

BACA JUGA:   Pekerjaan Baru itu Bernama Buzzer dan Influencer

Dia mengatakan, alasan anak kecanduan internet, terutama game online, karena anak merasa permainan tersebut dapat memenuhi kebutuhan. “Pertama ada kebutuhan otonomi, dia bisa memilih avatarnya sendiri. Yang kedua adalah di games itu dia bisa berkompetisi lalu dia menang. Kemudian dia merasa diapresiasi. Ketiga adalah pada saat dia bermain game online, reward itu bisa secepatnya terjadi,” ujarnya.

Agar anak tidak kecanduan bermain game, kata dia, perlu adanya apresiasi dari orangtua sehingga anak merasa diakui, memiliki tempat, dan tidak lagi membutuhkan apresiasi dari dunia virtual.

BACA JUGA:   Gunakan Dompet Digital, Ikuti Tipsnya Agar Aman dan Nyaman

Menurutnya, saat anak tidak mendapatkan tempat, baik di rumah atau di sekolah, tidak dapat dukungan dan keunikan tidak diapresiasi, anak akan mencari pergaulan yang bisa menerima dirinya.

“Intinya adalah ketika remaja tidak merasa sesuai dengan standar orang dewasa itu, pasti terdorong memilih kegiatan yang menantang buat dia,” ujar Widya. Dia mengajak orangtua untuk menyadari remaja memiliki efek penumpukan emosi yang tidak tersalurkan sehingga tidak hanya butuh disalurkan emosinya namun butuh untuk diledakkan.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

BACA JUGA:   Praktis-Efisien Transaksi Digital

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).