Tiga Modus Penipuan Melalui WhatsApp

Friday, 23 July 21 Venue

WhatsApp merupakan aplikasi pesan instan paling populer saat ini. Melalui aplikasi lintas platform tersebut, para pengguna internet bisa chatting, melakukan panggilan telepon atau video call, baik antara perorangan maupun grup secara gratis. Komunikasi pun menjadi lebih mudah dan praktis.

“Saking membuminya, WhatsApp kini mulai jadi sasaran empuk pihak atau oknum nakal untuk melakukan penipuan,” ujar Dr. Mochamad Taufiq, Kaprodi S2 Pendidikan Ekonomi Universitas PGRI Wiranegara Kota Pasuruan, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Kamis (22/7/2021).

Penipuan itu, lanjut dia, bertujuan ingin membajak akun pengguna, mendapatkan datanya, lalu memangsa korban lain yang ada di dalam kontak tersebut untuk meminta uang, pulsa, sampai romance scam.

Menurut data di laman resmi Patrolisiber.id yang dikelola Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, sepanjang Januari – Desember 2019, laporan masyarakat yang masuk melalui portal atau website tersebut sebanyak 1.443 aduan. “Kasus penipuan menjadi laporan terbanyak masyarakat dengan total 858 aduan. Sementara platform yang paling banyak diadukan, yakni WhatsApp sebanyak 431 laporan. Berada di urutan nomor dua setelah Instagram sebanyak 534 laporan,” ujarnya.

BACA JUGA:   Gunakan Media Digital Untuk Promosikan Budaya Indonesia

Mochamad Taufiq mengatakan, terdapat tiga modus penipuan yang marak terjadi melalui akun WhatsApp:

  • Mengaku sebagai kerabat atau teman.

Modus yang digunakan pelaku dengan berpura-pura menjadi teman atau kerabat dekat korban. Mereka akan menghubungi secara tiba-tiba dengan nomor yang tidak Anda kenal. Saat menghubungi calon korban, mereka biasa menggunakan berbagai alasan, seperti terkena musibah dan sedang berada di situasi mendesak untuk merayu korban segera mengirim sejumlah uang dalam waktu cepat.

  • Iming-iming hadiah.
BACA JUGA:   Cerdas Berinvestasi, Ini Keuntungan P2P Lending

Siapa tidak tergoda, namun hati-hati, bisa jadi iming-iming itu hanyalah modus untuk membuat semakin buntung, alih-alih beruntung.

Biasanya, oknum penipu mengaku sebagai pihak perusahaan/brand yang meyakinkan kita memenangkan hadiah besar, atau sekadar menawarkan pekerjaan yang sebelumnya kita tidak pernah mendaftar. Dari praktik ini, pelaku biasanya meminta informasi data pribadi kita atau paling parah, meminta sejumlah uang untuk menebus hadiah atau hal lain.

  • Tautan Mencurigakan.

Modus terakhir adalah dengan mengirimkan tautan mencurigakan yang biasanya memancing korban untuk membukanya. Di WhatsApp, pesan mencurigakan semacam ini diberi label “tautan mencurigakan” bewarna merah.

BACA JUGA:   Menghindari Jebakan Pinjol Ilegal yang Berbahaya

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).