Waspadai Ragam Serangan Siber

Wednesday, 29 September 21 Venue

Beberapa tahun terakhir adalah eranya serangan siber. Menurut Zulham Mubarak, Ketua Umum Milenial Utas & Komisaris PT. Agranirwasita Technology Indonesia, mulai dari pencurian identitas hingga peretasan website, serangan-serangan seperti itu sudah mendominasi pemberitaan media secara masif.

“Serangan siber sudah tidak bisa lagi dianggap sebelah mata,” ujarnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (27/9/2021).

Menurut dia, secara rata-rata, korban serangan siber menghabiskan Rp11 juta dan kehilangan 20 jam kerja untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan serangan siber. “Oleh karena itu, Anda harus mewaspadai  serangan siber,” kata Zulham.

Menurutnya, terdapat ragam serangan siber yang patut diwaspadai, di antaranya yaitu:

  • Peretasan Data Retail

Peretasan data retail merupakan bahaya serius yang dapat merugikan siapa pun. Pada 2014, perusahaan retail Amerika Serikat diserang, dan peretas mencuri 40 juta nomor kartu kredit dan debit konsumen. Peretas ini mencuri dan menjual informasi pribadi di pasar gelap. Agar dapat terhindar dari hal seperti ini, retail harus selalu memperbarui keamanan metode pembayaran, dan berhati-hati soal laporan akun kartu kredit.

  • Ancaman Keamanan Smartphone

Para pelaku kriminal siber bisa dengan mudah menyerang smartphone, sebab smartphone sangat rentan pencurian data pribadi. Kerentanan ini biasanya datang dari aplikasi yang digunakan di smartphone. Aplikasi yang akan diunduh sebaiknya diriset dulu untuk menjaga keamanan smartphone. Berhati-hati dalam membuka email dari pengirim yang tidak familiar, dan gambar-gambar yang diunggah.

  • Serangan Phishing dan Social Engineering

Phishing adalah ketika pelaku serangan siber memancing orang untuk membocorkan informasi-informasi sensitif seperti password dan lain-lain. Salah satu cara paling umum dalam phishing adalah ketika seseorang menerima email, misalnya dari bank, dan dipancing ke situs yang kelihatannya autentik. Ketika berada di situs, orang tersebut akan diminta password dan data-data finansial.

BACA JUGA:   Milenial Monopoli Pasar Belanja Online

Pelaku serangan siber mengambil informasi dan menggunakannya untuk tujuan-tujuan tertentu. Phishing adalah bagian kecil dari yang disebut social engineering, yang dapat memanipulasi emosi seseorang agar bisa mengakses data-data sensitif.

  • Pencurian Identitas

Salah satu serangan siber yang sedang berkembang adalah pencurian identitas. Mayoritas poin-poin yang sudah disebutkan berujung pada pencurian identitas. Akan tetapi, sebenarnya Anda juga mungkin tidak sadar sedang dicuri karena pernah mengunggah foto, video, alamat rumah, hingga resume.

BACA JUGA:   Bijak Berinternet Agar Tidak Kecanduan

Para pencuri identitas akan mencuri informasi pribadi dan membuka akun kartu kredit atas nama Anda. meskipun ini sudah berada di luar jangkauan Anda, ada hal-hal yang bisa Anda lakukan untuk menghindarinya.

  • Peretasan Data Kesehatan

Di awal 2015, perusahaan healthcare asal Amerika Serikat mengalami peretasan data berskala besar, yang berdampak pada 78.8 juta orang. Pada Juli 2015, peretas menembus jaringan komputer UCLA Health System’s sehingga memiliki akses terhadap informasi pribadi dari 4.5 juta pasien.

Riwayat kesehatan berisi informasi penting yang sensitif, dan menjadi target utama dari pelaku kriminal siber. Biasanya, pencurian data tersebut digunakan untuk penipuan asuransi kesehatan, dan jual-beli resep dokter palsu.

  • Predator Seksual

Apabila suka mengunggah foto anak-anak Anda, Anda harus waspada karena predator seksual mengintai. Foto tersebut biasanya akan diambil dan dijual via email, aplikasi tertentu, hingga dark web.

Bahaya online lainnya yang menargetkan anak-anak adalah predator seksual yang mencoba bertemu dengan anak-anak secara langsung. Pastikan anak-anak Anda paham akan bahaya ini, dan tidak pernah membagikan foto-foto pribadi ke orang yang baru dikenal.

BACA JUGA:   Bisnis Trading, Simpel dan Menggiurkan

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, dan tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan empat pilar utama, yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).