Pemerintah terus menggenjot pariwisata Indonesia termasuk dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Selain menggelar event internasional, kehadiran wisman ke Indonesia juga atas bantuan para travel agent yang fokus dengan market inbound.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisman ke Indonesia telah mencapai 9,09 juta pada periode Januari hingga Agustus 2024. Angka tersebut diharapkan dapat terus meningkat untuk mencapai target 14,3 juta kunjungan wisman yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Sekretaris Jenderal DPP ASITA, Budijanto Ardiansjah, mengatakan pihaknya siap membantu pemerintah dalam mencapai target tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mendatangkan agen atau mitra ASITA dari luar negeri ke acara Wonderful Indonesia Tourism Fair (WITF) 2024.
WITF merupakan trade show pertama yang diinisiasi Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) untuk mempertemukan seller Indonesia dengan potensial buyer dari luar negeri. Acara ini digelar pada tanggal 2 hingga 4 Oktober 2024 di Swissôtel Jakarta Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.
Dalam penyelenggaraan perdananya, WITF fokus untuk mendatangkan market inbound ke Indonesia dengan mengundang 195 buyers dari 38 negara dunia. Buyers tersebut berasal dari negara Asia Tenggara, India, Tiongkok, Eropa, Amerika, Timur Tengah, hingga Afrika.
“Kami mendatangkan partnership dari Eropa ke acara ini agar dapat menjual pariwisata Indonesia ke negaranya. Ada dari Italia, Slovakia, Estonia, dan lainnya,” kata Budi saat ditemui di sela-sela acara WITF.
Menurutnya, destinasi wisata yang paling banyak diincar para agen atau mitra dari luar negeri adalah Bali dan Jawa. Selain itu, destinasi di wilayah Indonesia Timur juga tengah menjadi pasar baru bagi inbound tourism.
“Destinasi dari Indonesia Timur lagi berkembang dan banyak peminatnya saat ini. Misalnya saja Labuan Bajo, Wakatobi, Likupang, hingga Raja Ampat,” ujarnya lagi.
Labuan Bajo dan Likupang sendiri masuk ke dalam Destinasi Super Prioritas (DSP) di Indonesia yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Tak heran jika pemerintah fokus untuk mempromosikan kedua daerah tersebut ke pasar nasional maupun internasional.
“Karena sudah banyak promosi makanya dua daerah tersebut sedang berkembang di pasar inbound. Bahkan menurut saya Labuan Bajo bisa mengejar kesuksesan Bali kalau promosinya benar dan tidak ada regulasi yang aneh-aneh di dalamnya,” ungkapnya.
“Isunya kan Labuan Bajo mau naik jadi destinasi premium sehingga harga dimahalin dan harus bayar uang untuk setahun. Hal-hal seperti itu yang membuat wisatawan kesal sehingga yang mau datang ke sana juga tarik ulur,” dia menambahkan.
KOMENTAR
0