Bali masih menjadi magnet kuat bagi para peserta konferensi tingkat nasional hingga dunia untuk menjadi lokasi acara. Banyak yang bilang jika venue konferensi di Bali dijamin pesertanya akan lebih banyak jika dibanding di destinasi MICE lainnya. Tak heran banyak konferensi bersejarah untuk dunia digelar di Bali.
Seiring perkembangan zaman, sejumlah isu dunia memang harus diadaptasi sepanjang memberi dampak positif bagi industri pariwisata dan lingkungan, seperti isu green tourism dan sustainable tourism.
Terkait isu green conference, Firman Sinaga, SST.Par., M.Si.Par., CHT, seorang akademisi sekaligus praktisi di industri pariwisata Indonesia khususnya Bali, mencoba memberi kontribusinya dengan penelitian dalam disertasinya sebagai kandidat Doktor S3 dengan mempertimbangkan bahwa Bali masih merupakan salah satu destinasi terbaik dunia karena mempunyai keunggulan tiga hal, yakni budaya, alam, dan pelayanan.
Selain Jakarta, Bali adalah kota yang terus digarap oleh Kementerian Pariwisata untuk menjadi destinasi MICE kelas dunia agar mampu menarik target 20 juta wisatawan mancanegara.
Menurut hasil riset ICCA (International Congress & Convention Association), Bali dan Jakarta layak dikatakan sebagai existing destination berdaya saing internasional untuk MICE karena beberapa faktor, yaitu (1) Memiliki bandara internasional dan direct flight puluhan kota di dunia; (2) Memiliki ratusan atraksi wisata, tempat hiburan, restoran standar nasional dan internasional, serta pusat perbelanjaan; (3) Memiliki ratusan hotel berbintang dengan standar internasional; (4) Memiliki fasilitas meeting yang mampu menampung lebih dari 10.000 orang; (5) Memiliki pengalaman yang baik sebagai tuan rumah berbagai meeting dan event internasional; (6) Infrastruktur yang cukup baik; serta (7) Memiliki berbagai pemain industri MICE.
Tapi sudahkah Bali terkenal juga sebagai sebuah destinasi MICE yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, khususnya menjadi destinasi sustainable event conference? Pertanyaan inilah yang menjadi salah satu fokus dalam penelitian Firman.
Bali masih menjadi magnet kuat bagi para peserta konferensi tingkat nasional hingga dunia untuk menjadi lokasi acara. Banyak yang bilang jika venue konferensi di Bali dijamin pesertanya akan lebih banyak jika dibanding di destinasi MICE lainnya. Tak heran banyak konferensi bersejarah untuk dunia digelar di Bali.
Seiring perkembangan zaman, sejumlah isu dunia memang harus diadaptasi sepanjang memberi dampak positif bagi industri pariwisata dan lingkungan, seperti isu green tourism dan sustainable tourism.
Terkait isu green conference, Firman Sinaga, SST.Par., M.Si.Par., CHT, seorang akademisi sekaligus praktisi di industri pariwisata Indonesia khususnya Bali, mencoba memberi kontribusinya dengan penelitian dalam disertasinya sebagai kandidat Doktor S3 dengan mempertimbangkan bahwa Bali masih merupakan salah satu destinasi terbaik dunia karena mempunyai keunggulan tiga hal, yakni budaya, alam, dan pelayanan.
Selain Jakarta, Bali adalah kota yang terus digarap oleh Kementerian Pariwisata untuk menjadi destinasi MICE kelas dunia agar mampu menarik target 20 juta wisatawan mancanegara.
Menurut hasil riset ICCA (International Congress & Convention Association), Bali dan Jakarta layak dikatakan sebagai existing destination berdaya saing internasional untuk MICE karena beberapa faktor, yaitu (1) Memiliki bandara internasional dan direct flight puluhan kota di dunia; (2) Memiliki ratusan atraksi wisata, tempat hiburan, restoran standar nasional dan internasional, serta pusat perbelanjaan; (3) Memiliki ratusan hotel berbintang dengan standar internasional; (4) Memiliki fasilitas meeting yang mampu menampung lebih dari 10.000 orang; (5) Memiliki pengalaman yang baik sebagai tuan rumah berbagai meeting dan event internasional; (6) Infrastruktur yang cukup baik; serta (7) Memiliki berbagai pemain industri MICE.
Tapi sudahkah Bali terkenal juga sebagai sebuah destinasi MICE yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, khususnya menjadi destinasi sustainable event conference? Pertanyaan inilah yang menjadi salah satu fokus dalam penelitian Firman.
KOMENTAR
0