Minimnya kesadaran setiap perusahaan untuk melaporkan kegiatan MICE kepada Kementerian Pariwisata berdampak sulitnya pendataan angka secara nasional di industri MICE. Tazbir, M. Hum, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, mengatakan, Indonesia seharusnya lebih bersatu dalam membangun pasar MICE karena sektor ini memiliki potensi yang sangat besar.
“Indonesia belum memiliki data nasional yang konkret di industri MICE. Kita akan mengupayakan data itu menjadi satu, tidak terpisah-pisah. Kita sedang berupaya memecahkan masalah ini, misalnya hotel-hotel diwajibkan melapor berapa banyak kegiatan MICE yang dilakukan setiap tahunnya, sebab masih banyak hotel-hotel yang tidak melapor,” kata Tazbir.
Tazbir juga berharap kepala dinas pariwisata yang ada di setiap daerah agar lebih berperan aktif sehingga pembangunan industri MICE dapat memberikan kontribusi signifikan untuk pencapaian target pariwisata nasional. “Diharapkan kontribusinya bisa terukur, seberapa besar kegiatan wisata MICE di daerah, jumlah paket yang dibuat, dan berapa banyak kegiatan MICE dilakukan di daerah setiap tahunnya. MICE ini pengeluarannya lebih besar. Sekarang ini kita tahu secara nasional kontribusi MICE pertumbuhannya lima persen, padahal lebih dari itu angkanya. Maka, perlu diketahui bahwa industri MICE belum memiliki data yang cukup lengkap untuk mengetahui pertumbuhannya secara nasional,” kata Tazbir.
Tazbir menyebutkan, apabila data tersebut sudah menjadi satu, segala macam kegiatan, khususnya industri MICE, akan membuahkan event-event skala internasional. “Mereka pasti akan melirik Indonesia setelah melihat data itu karena Indonesia memiliki potensi MICE yang bagus, tetapi ‘kan sekarang masalahnya data itu belum ada,” keluh Tazbir.
Selain itu, Tazbir juga menjelaskan bahwa tantangan lain yang dihadapi industri MICE di setiap daerah adalah terbatasnya kemampuan sumber daya manusia (SDM). Menurut Tazbir, untuk mendatangkan konferensi internasional, wilayah Jawa dan Bali jauh lebih siap dibandingkan daerah di luar pulau Jawa.
“Profesional organizer rata-rata berkumpulnya di Pulau Jawa dan Bali. Hal itu sangat disayangkan karena daerah-daerah informasinya masih terbatas sehingga yang terjadi adalah ketergantungan dari daerah ke pusat. Kita tahu ekonomi masih dominan dilakukan oleh kota besar, seperti Jakarta atau Bali,” ungkap Tazbir.
Penulis: Ahmad Baihaki
KOMENTAR
0