Sebagai upaya mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan berkualitas di bidang panjat tebing, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Jasa Pemanduan Panjat Tebing, yang baru saja ditetapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan melalui Kepmenaker Nomor 81 Tahun 2024.
Faisal, Direktur Standardisasi Kompetensi Kemenparekraf, menjelaskan, Kemenparekraf akan segera melaksanakan diseminasi melalui sosialisasi dan seminar yang terkait dengan 34 SKKNI bidang pariwisata, khususnya untuk SKKNI Bidang Jasa Pemanduan Panjat Tebing.
“Sosialisasi ini akan kami peruntukan bagi mereka yang menempuh pendidikan vokasi LSP lalu BLK termasuk yang terkait dengan dinas pariwisata yang ada di daerah kota/kabupaten. Setelah itu kami akan piloting untuk pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi dan pelaksanaan sertifikasi kompetensinya,” ujar Faisal.
Faisal menambahkan, akan dikembangkan enam okupasi jabatan pada bidang Pemanduan Panjat Tebing, mulai dari jenjang level kualifikasi 2 sampai 7.
“Sehingga ini akan menjadi basis bagi kami untuk pengembangan pelatihan berbasis kompetensi, berbasis jabatan, dan sertifikasi kompetensi,” kata Faisal.
SKKNI Bidang Jasa Pemanduan Panjat Tebing yang baru mengakomodasi sekaligus mengembangkan kompetensi kelestarian alam, manajemen pemasaran, penjualan dalam pariwisata, serta keselamatan dan keamanan.
SKKNI Bidang Jasa Pemanduan Panjat Tebing terdiri dari 50 Unit Kompetensi yang dirancang untuk mewujudkan SDM di bidang jasa wisata petualangan, khususnya wisata panjat tebing, sehingga dapat mendukung pariwisata dengan memberi kualitas dalam pelayanan travel dan hospitality yang mendorong pengeluaran yang tinggi dan bernilai baik.
Yenny Wahid, Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), mengungkapkan, FPTI tidak hanya menaungi sport climbing, tapi juga tebing alam, sehingga ini menjadi peluang kolaborasi ke depannya bersama Kemenparekraf untuk memfasilitasi para pemanjat-pemanjat yang punya pengalaman dan bisa memberikan bantuan kepada para pemanjat-pemanjat pemula.
Yenny juga menyampaikan pandangannya bahwa ketika berbicara mengenai panjat-memanjat, bukan hanya panjat alam yang memerlukan kompetensi dan sertifikasi, tetapi juga para pekerja di gedung-gedung tinggi.
“Karena banyak pekerja-pekerja yang memakai gondola, ada juga pekerja yang menggunakan tali (pekerja ketinggian). Jadi mereka pun membutuhkan keterampilan dan sertifikasi supaya bisa di-hire oleh perusahaan yang membutuhkan kemampuan mereka,” ujar Yenni.
Adi Seno Sosromulyono, Ketua Tim Perumus SKKNI Bidang Jasa Pemanduan Panjat Tebing, mengatakan, sebetulnya populasi panjat tebing meliputi berbagai aspek, mulai dari olahraga hingga rekreasi. Karenanya, penyusunan standardisasi pemanduan panjat tebing utamanya hospitality dirancang agar menghadirkan pengalaman berwisata yang aman dan nyaman.
KOMENTAR
0