Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap pariwisata dunia, tidak hanya Indonesia, tetapi Singapura pun juga merasakan. Hal tersebut diungkapkan Johanes Stevano Rahardjo, Asisten Manager Singapore Tourism Board (STB) Indonesia, saat berbicara di webinar Singapore Tourism Board Indonesia MICE Forum 2020, 7 Oktober 2020.
Johanes mengatakan bahwa industri pariwisata di Singapura sudah mengalami penurunan pada kuartal pertama tahun 2020, antara lain pada Kedatangan Pengunjung Internasional (IVA) dan juga Penerimaan Pariwisata (TR).
Pada Januari hingga Maret 2020, IVA turun sebanyak 43,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 yang mencapai 2,7 pengunjung. Sedangkan TR mencapai S$4 miliar, turun 39 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2019.
Tidak hanya pariwisata, industri MICE di Singapura juga mengalami hambatan di tengah pandemi ini. Padahal, industri MICE menjadi salah satu bisnis yang dapat memberikan kontribusi besar bagi ekonomi Singapura. Menurutnya, industri MICE telah menyumbang sebanyak S$3,8 miliar terhadap PDB Singapura pada tahun 2018.
Selain itu, Singapura juga mampu menyelenggarakan kegiatan MICE sebanyak 500 hingga 700 acara setiap tahunnya. Dengan banyaknya kegiatan MICE di sana, negara ini mampu menghadirkan sekitar 400.000 pengunjung internasional setiap tahunnya dan mampu memberikan multiplier effect bagi industri pariwisata Singapura.
“Tetapi, akibat pandemi ini, acara MICE di Singapura itu berkurang dan tercatat sudah ada 234 acara yang ditunda atau dibatalkan saat ini. Kedatangan pengunjung internasional pun menurun hingga mencapai 342.031 orang sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan pariwisata sebesar S$587 juta,” ungkap Johanes.
Oleh karena itu, ia berharap agar kegiatan MICE dapat dimulai kembali agar dapat mempertahankan posisi Singapura sebagai pusat MICE terkemuka di dunia. Tidak hanya itu, bangkitnya industri MICE juga dapat memulihkan kembali perekonomian serta kinerja para pelaku MICE di Singapura.
Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan memanfaatkan teknologi melalui konsep hybrid event. Konsep ini dapat menggabungkan acara secara tatap muka dengan komponen virtual dengan bantuan teknologi di dalamnya. Dalam hal ini, STB, telah melakukan uji coba hybrid event melalui dua acara, yakni 2020 International Conference on Computational Electromagnetics (IEEE) pada 24-26 Agustus 2020 serta Asia Pacific MedTech Virtual Forum 2020 pada 24 September 2020.
“Ini merupakan salah satu solusi yang ditawarkan dari STB, tidak hanya melalui kontak fisik, tetapi juga dilakukan secara digital. Jadi, sistemnya itu hybrid event,” kata Kenneth Lim, Director Travel Agent & Tourist Guides STB.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk menggelar acara secara fisik, akan ada beberapa penyesuaian di dalamnya. STB telah merilis Kerangka Kerja Manajemen Risiko untuk melaksanakan kegiatan bisnis secara aman dan nyaman. Dalam kerangka kerja ini menyebutkan bahwa acara bisnis yang digelar secara fisik hanya dapat diisi oleh maksimal 50 peserta dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
“Hingga saat ini, kami masih sering melakukan edukasi dan sosialisasi terkait kegiatan MICE saat ini. Tentunya, akan ada perbedaan yang dirasakan sebelum pandemi dan sesudah pandemi ini. Jadi, memang kita semua diminta untuk beradaptasi,” ujar Kenneth.
“Selain beradaptasi, tentunya juga harus ada adopsi di dalamnya dan ini yang dapat kita lakukan. Memanfaatkan teknologi yang ada sehingga dapat meminimalisir kontak fisik antar-sesama,” dia menambahkan.
KOMENTAR
0