Pentingnya Kualitas Ilmu Pariwisata Indonesia

Friday, 10 February 17 Venue

Banyak lulusan perguruan tinggi jurusan pariwisata yang tidak langsung mendapatkan pekerjaan. Menurut Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2011-2014, hal itu disebabkan karena banyak lulusan perguruan tinggi pariwisata yang belum kompeten atau siap kerja. Hal itu disampaikan Mari Elka dalam seminar “Tourism Higher Education In Facing Global Business Challenges” yang diadakan oleh mahasiswa program studi S1 Hospitality Business Universitas Prasetiya Mulya.

Dalam sesi “Mendesain Pendidikan Pariwisata  Masa Depan Untuk Pariwisata Indonesia Lebih Baik”, Mari Elka yang juga menjabat sebagai Board of Advisor Senior Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya mengatakan bahwa solusi untuk menghadapi masalah tersebut adalah dengan membentuk kurikulum khusus. Kurikulum tersebut akan mewajibkan para mahasiswa untuk praktik ke lapangan, melakukan analisis, serta mampu melakukan riset untuk dapat mengetahui perkembangan pariwisata.

BACA JUGA:   Rayakan Ulang Tahun Ke-25, Qatar Airways Luncurkan Kampanye Global Sale

“Ilmu pariwisata sangat diperlukan karena Industri pariwisata ini yang paling mudah menyerap tenaga kerja dan menjadi industri yang menjanjikan dalam usaha jasa pariwisata, seperti hotel, restoran, dan biro perjalanan,” kata Mari Elka.

Hal penting kedua yang harus dikuasai adalah ilmu pemasaran. Mari menjelaskan, pemasaran pariwisata yang digunakan saat ini mayoritas dilakukan secara digital, antara lain melalui sosial media Youtube, Facebook, atau Twitter. Namun, sebelum melakukan promosi destinasi wisata, setiap industri pariwisata tentu harus memiliki portofolio produk dan portofolio pasar atau pelanggan. Jenis-jenis portofolio  produk pariwisata antara lain wisata alam (bahari, ekowisata, petualangan), wisata budaya (warisan budaya, sejarah, belanja, kuliner, wisata desa) dan wisata buatan manusia, seperti MICE dan sport tourism. Sementara itu, portofolio pasar atau pelanggan seperti personal atau perorangan, komunitas, UKM, atau biro perjalanan.

BACA JUGA:   Indonesia Menaikkan Target Kunjungan 3 Juta Wisman

Mari menambahkan, selain ilmu, yang tak kalah penting untuk dikuasai adalah pelayanan yang baik dan keramahan. “Di Thailand, selain orang-orang imigrasinya ramah, wisatawan juga diperhatikan oleh petugas dari bandara sampai pulang. Apabila wisatawan ada yang merasa kebingungan, ada petugas yang datang untuk membantu. Saya berharap Indonesia juga bisa melakukan hal yang baik seperti itu dalam menyambut wisatawan,” kata Mari Elka.

BACA JUGA:   Kemenparekraf Gandeng BMKG Untuk Perkuat Mitigasi Bencana di Sektor Parekraf

Penulis: Ahmad Baihaki