Kehadiran alat GeNose C19 di situasi pandemi COVID-19 ini disambut baik oleh seluruh masyarakat, khususnya pelaku industri pariwisata. Selain harganya terjangkau, alat ini juga mudah digunakan karena hanya membutuhkan embusan napas.
Sapta Nirwandar, Chairman Indonesia Tourism Forum, menjelaskan bahwa pada dasarnya pariwisata merupakan sebuah perjalanan yang membutuhkan rasa aman dan nyaman. Selain 3M, penerapan 3T (Testing, Tracing, Treatment) juga dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pariwisata untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19.
“Konsep dasar pariwisata itu adalah keamanan dan kenyamanan. Untuk masalah keamanan bisa melalui test screening. Tetapi, karena virus ini tidak tampak, makanya kita perlu waktu untuk mendeteksinya,” ungkap Sapta.
Oleh sebab itu, Sapta mendukung penggunaan GeNose 19 bagi industri pariwisata agar dapat membantu mengendalikan penyebaran COVID-19. Sapta juga meminta agar pengujian alat GeNose C19 dilakukan secara masif di lingkup pariwisata, seperti hotel, restoran, tempat wisata, dan lainnya.
“Kalau testing sudah dilakukan lebih masif lagi, kita akan lebih mudah mengadakan pertemuan atau perjalanan. Jadi, kita bisa pastikan pengunjung yang datang sudah dites negatif dan yang melayani juga pasti negatif,” ucap Sapta.
Sayangnya, tingginya permintaan alat GeNose C19 tidak berbanding lurus dengan jumlah produksinya.
“Kendala yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah tes menggunakan GeNose C19 belum masif karena alatnya tidak banyak. Makanya, saat permintaan GeNose sudah banyak, tolong produksinya ditambah lebih banyak lagi,” harap Sapta.
Hal senada juga dikatakan oleh Eko Fajar Nur Prasetyo selaku Ketua Konsorsium Produksi GeNose C19. Menurutnya, saat ini GeNose C19 hanya dapat diproduksi kurang lebih 2.000 unit per bulan.
“Kita akan terus berupaya untuk menambah lagi jumlah produksinya. Mungkin di bulan Juli nanti, kita sudah bisa memproduksi kurang lebih 5.000 hingga 10.000 unit per bulannya,” jelas Eko.
KOMENTAR
0