Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkomitmen untuk mendukung penggunaan GeNose C19 sebagai salah satu alat pendeteksi virus COVID-19 di lingkup pariwisata. GeNose C19 merupakan karya anak bangsa dari tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dapat digunakan hanya dengan embusan napas.
Hal ini dibuktikan dengan acara “Launching GeNose Inovasi Deteksi Cepat Covid-19 Buatan dan Kebanggaan Indonesia untuk Kepariwisataan Indonesia” yang digelar secara hybrid pada 19 Februari 2021.
Acara ini dihadiri seluruh stakeholder yang bergerak di bidang pariwisata, seperti Indonesia Tourism Forum, Jakarta Tourism Forum, Indonesia Convention and Exhibition Bureau, perwakilan hotel, hingga asosiasi terkait pariwisata. Kemenparekraf juga menggandeng Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset dan Teknologi, serta Kementerian Perdagangan untuk menyukseskan acara ini.
Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, menjelaskan, GeNose C19 merupakan alat screening yang akurat untuk mendeteksi orang terpapar virus COVID-19. Dengan waktu yang singkat, alat ini sudah mampu mengetahui hasil dengan tingkat sensitivitas 95-97 persen.
“Memang tidak 100 persen akurasinya, tetapi yang melesat juga sangat minoritas. Hasilnya juga sudah dapat dilihat kurang lebih satu menit,” kata Bambang.
Kehadiran GeNose C19 juga sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan sejak 24 Desember 2020. Dengan begitu, alat ini diharapkan mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan saat melakukan aktivitas wisata ke sebuah destinasi.
“Jadi, alat ini gunanya untuk mencegah orang positif COVID-19 di sekitar kita. Kalau sudah demikian, diharapkan kepercayaan masyarakat akan kembali tumbuh dan pariwisata mulai kembali bergerak. Jika pariwisata bergerak, otomatis perekonomian negara juga akan tumbuh,” jelas Bambang.
Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyambut baik inovasi GeNose yang menjadi karya anak bangsa. Menurutnya, metode screening dinilai tepat untuk digunakan di berbagai destinasi hingga fasilitas penunjang pariwisata lainnya.
“Waktu tunggu hasilnya lebih cepat, biaya terjangkau, akurasinya tinggi, dan yang paling penting adalah sangat nyaman saat dilakukan screening. Dengan keuntungan tersebut, Kemenparekraf akan mengupayakan screening dengan alat ini di industri pariwisata secara masif,” ujar Angela.
Jerry Sambuaga, Wakil Menteri Perdagangan, juga mendukung penggunaan GeNose untuk menggairahkan industri pariwisata di situasi saat ini. Pasalnya, industri pariwisata dan perdagangan memiliki keterkaitan yang erat dalam memulihkan ekonomi negara.
“Traffic dan hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan harus dimulai dari pariwisata. Jadi, ini menjadi momen terbaik bagi kita semua, apalagi penggunaannya sangat simple, praktis, dan sederhana,” ucap Jerry.
Di akhir acara, dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) terkait dukungan asosiasi pariwisata Indonesia kepada Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Kesehatan, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain itu, telah terjadi MOU antara PT AAPC Indonesia (Accor) dan Kementerian Riset dan Teknologi terkait promosi produk riset dan inovasi untuk mendukung kemitraan di bidang jasa perhotelan.
KOMENTAR
0