Personalisasi untuk Menjaring Wisatawan eSports

Tuesday, 18 February 20 Herry Drajat

Para pengamat industri memprediksi bahwa jumlah gamer PC dan mobile di Asia Tenggara akan mencapai 400 juta pada 2021 dan menghasilkan pendapatan sebesar US$4,4 juta. Untuk wilayah Asia, Indonesia dan Thailand termasuk pasar gaming terbesar.

Pemerintah Indonesia juga telah mulai memerhatikan eSports. Yuni Poerwanti, Pelaksana Tugas Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, mengatakan, Indonesia dapat menjadi “macan dunia” dalam arena eSports. Beberapa perusahaan Indonesia juga terlihat berusaha mengikuti tren ini, seperti Garuda yang meluncurkan sebuah karakter in-game dan Salim Group yang mendirikan sebuah perusahaan patungan di bidang eSports.

BACA JUGA:   Travel for Change Panorama Foundation Ajak Anak Jalanan Berkebun

Meskipun banyak perusahaan penyedia layanan perjalanan wisata belum memanfaatkan peluang dari wisatawan eSports karena keterbatasan data, tetapi jelas ada peluang yang signifikan pada industri ini.

Menurut Raymond Setokusumo, Direktur Galileo Indonesia, agar penonton online streaming pertandingan eSports mau melakukan perjalanan wisata mengunjungi pertandingan eSports diperlukan pengetahuan tentang apa yang mendorong para penggiat dan penonton pasif eSports mau menghadiri kompetisi cabang olahraga tersebut. Pengetahuan tersebut dinamakan “personalisasi”.

BACA JUGA:   Empati Bananaz pada Turis Asing di Bali

Raymond mengatakan, “Untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut, perusahaan-perusahaan penyedia layanan perjalanan wisata dapat belajar banyak dari bagaimana industri video game menjadi teladan dalam hal personalisasi di dunia melalui karakter game yang dapat disesuaikan menurut selera atau pun fitur-fitur yang dapat dibeli di dalam sebuah game.”

Dalam kasus eSport, Travelport akan memberikan bantuan mulai dari bagaimana cara terlibat dengan penonton eSport sesuai dengan minat untuk menonton sebuah acara eSports secara langsung meskipun gelaran bisa berlangsung  selama 7-30 hari, tergantung kemungkinan menang sebuah tim dan hasil dari babak kualifikasi dan knock­-out.

Pendekatan ini penting apabila kita ingin menciptakan pengalaman perjalanan wisata yang unik dan tak terlupakan, dan akan semakin penting seiring transisi menuju dunia customer-centric yang penuh dengan berbagai alasan baru untuk melakukan perjalanan wisata.