Presiden Jokowi meresmikan tiga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada 1 April 2019 di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara. Tujuan pendirian KEK adalah untuk mendorong peningkatan ekspor dan investasi. Pada kesempatan ini, KEK yang diresmikan adalah Bitung, Sulawesi Utara; Morotai, Maluku Utara; dan Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), Kutai Timur, Kalimantan Timur.
KEK Bitung akan fokus pada industri pengolahan perikanan yang menghasilkan komoditas ekspor berkualitas internasional. Dengan jarak sekitar 44 km dari ibu kota Sulawesi Utara, KEK Bitung memiliki lokasi strategis yang dapat menjadi pintu gerbang ekonomi ke negara-negara di Asia Pasifik. Aksesnya didukung pelabuhan internasional Bitung sebagai hub perdagangan bagi kawasan timur Indonesia. KEK Bitung diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan, distribusi barang, serta penunjang logistik di kawasan timur Indonesia.
Selain perikanan, KEK Bitung juga fokus pada industri kelapa beserta produk turunannya. Dengan luas sekitar 534 hektare, KEK Bitung memiliki potensi ekspor produk hilirisasi yang dapat mendongkrak daya saing sektor perikanan, pertanian, dan farmasi. KEK ini ditargetkan dapat menarik investasi sebesar Rp32 triliun pada tahun 2025.
Sementara itu, KEK Morotai memiliki keunggulan wisata bahari dengan keindahan pantai yang memesona dengan hamparan pasir putih halus, air laut yang jernih, serta terumbu karang yang indah. Hal ini dapat menjadi daya tarik dan diharapkan menjadi destinasi wisata internasional dengan perkiraan investasi pelaku usaha sebesar Rp30,44 triliun hingga tahun 2025.
Morotai juga mempunyai keunggulan geostrategis sebagai pulau terluar di sisi timur laut Indonesia yang dekat dengan negara-negara ASEAN dan Asia Timur. Dengan luas area mencapai 1.101,76 hektare di Pulau Morotai, KEK ini dahulunya merupakan salah satu basis militer pada Perang Dunia II yang kaya barang peninggalan bersejarah.
KEK Morotai juga merupakan sumber bahan baku bagi industri pengolahan perikanan. Hal tersebut karena kawasan ini dilintasi alur laut Kepulauan Indonesia III yang merupakan jalur migrasi ikan tuna. Kelebihan lainnya, kawasan ini didukung infrastruktur logistik yang akan menjadikan Pulau Morotai hub internasional di kawasan timur Indonesia.
Sementara itu, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam, terutama kelapa sawit, kayu dan produk turunannya, serta berbagai produk energi pertambangan seperti industri mineral, gas, dan batu bara. KEK MBTK diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah berbagai komoditas di wilayah tersebut dan ditargetkan dapat menarik investasi sebesar Rp34,3 triliun hingga 2025 serta meningkatkan produk domestik regional bruto Kutai Timur hingga Rp4,67 triliun/tahun.
Kawasan ini menempati luas area 557,34 hektare dan terletak pada jalur laut perdagangan internasional yang menghubungkan Pulau Kalimantan dan Sulawesi. Selain itu, kawasan ini dilalui jalur regional lintas tran-Kalimantan, dan transportasi penyeberangan kapal feri antara Tarakan-Tolitoli dan Balikpapan-Mamuju.
Olvy Andrianita, Direktur Fasilitasi Ekspor dan Impor, mengatakan, Kementerian Perdagangan akan mengoptimalkan peningkatan ekspor dan investasi di tiga kawasan tersebut. Kemendag bersama Sekretariat Dewan Nasional KEK menggandeng seluruh Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) di luar negeri untuk menjaring buyer dan investor.
“Ke depan, strategi pengembangan ekspor dan industri pengolahan dan pembangunan kawasan logistik akan diprioritaskan di tiga kawasan tersebut sehingga produk Indonesia dapat bernilai tambah dan berdaya saing. Selanjutnya, pelabuhan Bitung akan menjadi hub internasional untuk penguatan ekspor di kawasan Timur Indonesia,” ujar Olvy.
KOMENTAR
0