Status Bencana Dicabut, Kunjungan Turis Dikebut

Wednesday, 03 April 19 Harry

KEK Tanjung Lesung menjadi magnet pariwisata di Provinsi Banten, khususnya di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. KEK Pariwisata ini mempekerjakan ratusan karyawan yang menjadi tulang punggung keluarganya, baik secara langsung dan tidak langsung menghidupkan begitu banyak pedagang, pengusaha kecil, dan menciptakan lapangan pekerjaan di dalam kawasan dan sekitarnya.

Wilayah Tanjung Lesung dan sekitarnya dilanda bencana tsunami pada 22 Desember 2018. Wilayah pariwisata terpopuler di Provinsi Banten itu pun, mulai dari Pantai Anyer hingga Tanjung Lesung, mengalami dampak penurunan kunjungan wisatawan yang sangat signifikan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, saat bencana tersebut terjadi, tingkat hunian penginapan di wilayah itu hanya 5 persen.

“Pada kunjungan kerja ketiga saya ke Banten, pada 12 Februari 2019, tingkat huniannya sekitar 10-30 persen. Padahal, normalnya sekitar 50-60 persen. Berarti ada penurunan hampir 50 persen,” ujar Arief Yahya saat mengunjungi KEK Tanjung Lesung pada 1 April 2019.

BACA JUGA:   LUAR Hadirkan Furnitur Tahan Cuaca Ekstrem

Untuk memulihkan kondisi pariwisata di Banten, Kementerian Pariwisata menjalankan 49 kegiatan untuk pemulihan pariwisata Selat Sunda, yang terbagi menjadi sepertiga kegiatan untuk bidang SDM, sepertiga untuk bidang pemasaran, dan sepertiga untuk pemulihan destinasi.

Untuk itu, Kementerian Pariwisata berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang pada 25 Maret 2019 telah menurunkan status Gunung Anak Krakatau dari Level 3 (Siaga) menjadi Level 2 (Waspada). Radius amannya pun berkurang, dari 5 kilometer menjadi 2 kilometer dari kawah Gunung Anak Krakatau.

BACA JUGA:   Era Kolaborasi, Bukan Kompetisi

Arief Yahya pun berani menyatakan bahwa kini Selat Sunda telah aman untuk dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. “Semoga pengumuman ini menjadi titik balik pariwisata Selat Sunda,” ujar Arief Yahya.

Penurunan status tersebut sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Hal itulah yang terjadi pada Bali saat terjadi bencana Gunung Agung. Arief Yahya mengatakan, status bencana yang ditetapkan oleh pemerintah, meskipun Gunung Agung berada sangat jauh dari pusat wisata di Denpasar, menyebabkan pariwisata Bali secara keseluruhan terpuruk.

Bahkan, Cok Ace yang saat itu menjabat Kepala Dinas Pariwisata Bali, menyampaikan bahwa kondisi Bali saat itu lebih buruk daripada saat terjadi Bom Bali. Itu akibat pemberitaan media dan status siaga yang ditetapkan oleh pemerintah.

BACA JUGA:   Bali Raih Penghargaan Destinasi Terbaik Dunia 2017

“Begitu status tersebut dicabut, kunjungan ke Bali tiap bulannya mulai meningkat. Pada Januari mulai mencapai 70 persen, Februari 90 persen, Maret 95 persen, dan April diproyeksikan sudah kembali 100 persen jumlah kunjungan wisatawan mancanegaranya. Hal inilah yang sekarang diharapkan terjadi di Banten,” ujar Arief Yahya.

Arief Yahya pun berani menetapkan target KEK Pariwisata Tanjung Lesung akan dikunjungi satu juta wisatawan mancanegara tiap tahunnya, dengan devisa US$1 miliar.