Keraton Yogyakarta sukses menggelar konser tahunan bertajuk Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) di Bendung Kamijoro, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 22 Juni 2024. Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Musik Dunia yang jatuh setiap 21 Juni sekaligus merayakan anniversary ke-3 YRO.
“Acara ini biasanya dimainkan di Keraton Yogyakarta untuk menyambut tamu-tamu VVIP mereka. Namun, tahun ini mereka uji coba digelar di luar Keraton untuk melihat bagaimana respons masyarakat sekitarnya,” ujar Joko Mursito, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, saat ditemui di lokasi acara Yogyakarta Royal Orchestra, pada 22 Juni 2024.
Yogyakarta Royal Orchestra tahun ini mengusung tema Paramaswara yang memiliki makna menarik. Parama diartikan sebagai suatu hal istimewa sedangkan swara sebagai bunyi notasi musik. Dengan demikian, Paramaswara diartikan sebagai penampilan istimewa yang menghadirkan kolaborasi istimewa dengan sejumlah musisi dan seniman.
Konser musik dimulai pada pukul 19.30 yang diawali dengan lagu Indonesia Raya. Selanjutnya, dilakukan pemotongan tumpeng oleh GKR Mangkubumi dan Kanjeng Pangeran Harya Wironegoro sebagai sebuah simbolis perayaan hari jadi ke-3 YRO.
Selama kurang lebih 1,5 jam, para penonton dibuat hanyut dengan alunan musik orkestra yang diselaraskan dengan suara-suara indah dari paduan suara Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Alunan musik orkestra juga mengiringi para musisi dan seniman seperti Helarius Daru Indrajaya atau biasa dikenal Ndarboy Genk, Brian Prasetyoadi, serta satu penyanyi wanita, Wina.
“Khusus di sini, kami tambahkan kolaborasi dengan musik lokal Kulon Progo yaitu Krumpyung yaitu seperangkat alat musik dari bambu,” ungkap Joko.
Tak hanya itu, Pemkab juga menghadirkan pameran ekonomi kreatif (ekraf) yang melibatkan delapan desa wisata dari Kulon Progo. Sejumlah talkshow juga dihadirkan sebagai salah satu rangkaian acara YRO 2024 di Kulon Progo.
“Kami memang selalu menghadirkan hasil-hasil ekraf dari desa wisata Kulon Progo setiap menggelar acara. Oleh sebabnya, kami juga melibatkan mereka dalam acara ini karena ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda saat Yogyakarta Royal Orchestra digelar,” katanya lagi.
Banyaknya kegiatan yang dihadirkan dalam acara ini sebagai bentuk pembuktian bahwa Kulon Progo layak dijadikan lokasi penyelenggaraan Yogyakarta Royal Orchestra. Seluruh kegiatan tersebut juga sebagai bentuk strategi untuk dapat menghadirkan banyak pengunjung di Yogyakarta Royal Orchestra.
Cara tersebut terbilang cukup sukses mengingat seluruh tiket yang tersedia sudah habis terjual hanya dalam waktu singkat. Joko mengatakan, seluruh tiket ditawarkan secara online dengan kuota pengunjung lebih dari 800 orang.
“Pembelian tiket tidak menggunakan uang melainkan hanya menukarkan sampah terutama plastik saat ingin masuk ke Yogyakarta Royal Orchestra. Ini kami lakukan sebagai sebuah gerakan sadar lingkungan mengingat Yogyakarta tengah menghadapi isu sampah yang berlebihan,” jelas Joko lagi.
KOMENTAR
0