Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling menggeliat dalam empat tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sektor pariwisata tumbuh begitu pesat sehingga pemerintah berani memproyeksikan sektor pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar pada 2019.
Target ini tidak terlalu muluk sebab Indonesia mempunyai punya 1001 destinasi wisata, baik yang sudah terkenal maupun yang masih tersembunyi. Apalagi, dengan pembangunan infrastruktur yang terus digenjot, dunia pariwisata pun dipastikan akan menjadi primadona baru bagi pemasukan negara.
Hal itu juga yang dipaparkan Menteri Pariwisata Arief Yahya pada laporan pencapaian kinerja 4 Tahun Jokowi-JK yang mengusung tema “Membangun Manusia Indonesia Menuju Negara Maju”. Arief Yahya menyampaikan, saat ini bukan yang besar mengalahkan yang kecil, melainkan yang cepat mengalahkan yang lambat.
“Diharapkan pada 2020 bisa melampaui CPO (minyak sawit mentah), ini menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia. Dan yang paling kita senangi, pariwisata ini bisa menetes sampai ke bawah efeknya,” ujar Presiden Jokowi.
Arief menyampaikan beberapa capaian sektor pariwisata Indonesia tumbuh pesat dalam empat tahun terakhir ini. Menurut World Travel & Tourism Council (WTTC) Pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat ke-9 di dunia, nomor 3 di Asia, dan nomor 1 di kawasan Asia Tenggara.
Yang kedua, perusahaan media di Inggris The Telegraph mencatat Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat. “Bahkan mereka menilai pertumbuhan pariwisata Indonesia empat kali lebih tinggi dibanding pertumbuhan regional dan global. Data memang membuktikan klaim tersebut,” kata Arief Yahya.
Pertumbuhan pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen, sedangkan industri wisata di kawasan ASEAN hanya tumbuh 7% dan di dunia hanya 6%. Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) juga menunjukkan perkembangan menggembirakan. Menurut mereka, peringkat Indonesia naik 8 poin dari 50 di 2015 ke peringkat 42 pada 2017.
Pada 2017, pertumbuhan sektor pariwisata melaju pesat 22%, menempati peringkat kedua setelah Vietnam (29%). Di tahun yang sama rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata di dunia 6,4% dan 7% di ASEAN.
“Pariwisata Vietnam tumbuh lebih baik mencapai 29% karena melakukan banyak deregulasi. Sedangkan Malaysia tumbuh 4%, begitu pula Thailand,” lanjut Arief Yahya.
Sementara itu, sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak tahun 2015 dari US$12,2 miliar, 2016 menjadi US$13,6 miliar, dan 2017 naik lagi menjadi US$15 miliar. Tahun 2018 ini ditargetkan meraup devisa US$17 miliar dan US$20 miliar di 2020.
Kunjungan wisatawan mancanegara naik signifikan dari 2015-2017. Tahun 2015 sebanyak 9,7 juta, tahun 2016 menjadi 11,5 juta, dan tahun 2017 sebanyak 14 juta. Pertumbuhan total kunjungan wisman Indonesia tahun 2017 sebesar 22% lebih tinggi daripada regional ASEAN (7%) dan dunia (6,4%). Sampai bulan Agustus 2018, jumlah wisman mencapai 10,58 juta dari 17 juta yang ditargetkan.
“Wisatawan nusantara juga terus naik. Sejak tahun 2015 sebanyak 255 juta, tahun 2016 berkembang lagi menjadi 264 juta, dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 271 juta,” kata Arief Yahya.
Komitmen sektor pariwisata untuk menyumbang devisa nomor 1 mengalahkan sektor perekonomian lain dengan proyeksi nilai sebesar US$20 miliar pada 2019. Ranking Index Pariwisata Indonesia yang disampaikan oleh WTTC, secara konsisten mengalami kenaikan, dari ranking 70 di tahun 2013, melonjak tajam ke ranking 50 di tahun 2015, dan naik ke ranking 42 di tahun 2017.
“Pariwisata Indonesia secara konsisten terus meraih penghargaan di level internasional, di antaranya adalah 46 penghargaan di 22 negara di tahun 2016, 27 penghargaan di 13 negara di tahun 2017, dan 31 penghargaan di 9 negara sampai kuartal 3 di tahun 2018,” ujar Arief Yahya.
KOMENTAR
0