Pandemi COVID-19 memberikan dampak negatif terhadap industri pariwisata dunia. Tidak hanya Indonesia, industri pariwisata di berbagai negara dunia juga mengalami hal yang serupa.
“Saya lihat, industri pariwisata di Indonesia dan Amerika Serikat ini yang paling parah terdampak saat pandemi COVID-19,” ujar Roger Dow, Presiden dan CEO U.S. Travel Association, saat menghadiri Indonesia Tourism Forum (ITF) keempat melalui webinar bertajuk “The Future of Travel Business After the Crisis“.
Roger mengatakan, pandemi ini membuat bisnis wisata di negaranya tidak dapat berjalan. Bahkan, sudah empat bulan terakhir, tidak ada pendapatan untuk bisnis wisata di sana.
“Maskapai penerbangan di sini juga mengalami penurunan sebesar 30 persen. Begitu pula dengan pelaku bisnis lainnya yang berada di industri pariwisata, seperti UKM,” ungkap Roger.
Kerugian bisnis pariwisata juga terjadi di Indonesia sejak virus COVID-19 masuk pada awal Maret 2020. Elly Hutabarat, Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO), mengatakan, selama pandemi berlangsung, bisnis travel agent di Indonesia turun sebanyak 90 persen.
“Awalnya, kami masih berharap pandemi ini akan berakhir selama tiga bulan, tetapi sayangnya bukan itu yang terjadi. Jika pandemi terus menghantam Indonesia, saya prediksi industri ini sulit untuk kembali pulih,” jelas Elly.
Bisnis travel agent memang yang paling terasa dampaknya karena berhubungan erat dengan masyarakat dan pariwisata. Tidak adanya pemasukan di bisnis ini membuat pemilik travel agent memangkas gaji karyawannya mulai dari 40 hingga 70 persen. Kabar buruk lainnya ialah banyak travel agent di Indonesia yang merumahkan karyawannya hingga melakukan PHK di bulan Juni 2020.
“Kita lihat secara dunia, pemerintah Arab Saudi bahkan sempat menghentikan umrah dan hajinya. Jadi, memang, hampir semua negara mengalami kerugian yang besar,” ucap Elly.
Melihat penurunan bisnis pariwisata di berbagai negara membuat pelaku usaha melakukan berbagai cara untuk memulihkan kondisinya. Dalam hal ini, Roger bersama pelaku usaha pariwisata lainnya membuat tiga langkah besar untuk mengembalikan bisnisnya. Langkah pertama ialah melakukan kampanye untuk membangun kepercayaan diri wisatawan, membuat perencanaan yang baik terkait bisnis ke depannya, serta membuat promosi terbaik agar wisatawan dapat melakukan perjalanan wisatanya.
“Kami berharap akan banyak pengunjung internasional yang kembali datang ke negara kami, khususnya untuk wisatawan domestik. Apalagi, dengan dimulainya musim gugur, pariwisata akan mulai kembali dibuka, dimulai dari Eropa dulu baru ke Asia,” jelas Roger.
Sedangkan untuk bisnis travel di Indonesia, Elly akan fokus melakukan dua strategi, yakni memanfaatkan teknologi dan menyiapkan produk terbaiknya. Pemanfaatan teknologi digunakan untuk membuat booking online system. Ini dilakukan agar setiap orang merasa aman dan nyaman saat melakukan pemesanan secara daring.
“Setiap travel agent juga akan menyiapkan produknya karena sebentar lagi pariwisata domestik akan segera dibuka. Agen juga akan berhubungan baik dengan para klien untuk memulai kembali bisnisnya,” ungkap Elly.
KOMENTAR
0