Generasi milenial adalah konsumen wisata yang sangat potensial. Selain memiliki jumlah yang besar, karakter mereka secara tidak langsung dapat menjadi alat promosi sebuah destinasi wisata. Melihat hal tersebut, Mozilla, organisasi nirlaba pelopor dan pendukung konsep Open Web, tertarik untuk mengamati tren wisata milenial Indonesia. Mozilla mengadakan survei pada Desember 2019 terhadap 501 responden berusia 18 sampai 32 tahun di area Jabodetabek.
Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden (88 persen) melakukan perjalanan wisata pada musim liburan, seperti saat akhir tahun, pertengahan tahun, atau di tanggal merah. Selain itu, sebanyak 66 persen responden lebih sering berwisata bersama keluarga dibandingkan bersama teman (20 persen), dan hanya 9 persen yang memilih untuk berwisata bersama teman dekat.
Sebanyak 77 persen responden lebih memilih berwisata dalam negeri dibandingkan berwisata ke luar negeri walaupun memiliki budget yang mencukupi.
Lalu, 68 persen responden lebih suka menjelajahi berbagai tempat dalam satu kota/wilayah saja untuk mengetahui budaya lokal yang ada di dalamnya secara mendalam dibandingkan harus pergi ke banyak kota namun tidak menjelajahinya secara keseluruhan.
Sebanyak 94 persen responden mengatakan periode liburan selama satu sampai tujuh hari sudah cukup ideal. Mereka tidak begitu menyukai waktu liburan yang terlalu lama. Dalam rentang waktu yang terbatas itu, mereka selalu ingin mengabadikan setiap momen perjalanan dan menciptakan kenangan yang akan terus bertahan seumur hidup.
Setengah responden (50 persen) beranggapan bahwa mengambil foto atau video yang bagus adalah hal yang paling penting untuk dilakukan selama liburan, baik itu mengenai pemandangan, atraksi wisata, makanan, atau aktivitas lainnya.
Kaum milenial tidak menggunakan jasa agen perjalanan untuk merencanakan wisatanya. Sebanyak 72 persen responden mengumpulkan informasi wisata dari Instagram, 62 persen dari Youtube, dan 40 persen dari Facebook.
Milenial juga cenderung menyimpan dan membagikan informasi wisata melalui media sosial. Separuh responden menyimpan informasi tersebut dalam format digital, dan sebanyak 47 persen responden sering membagikan informasi wisata dengan orang lain di media sosial atau aplikasi chatting, sementara hanya 18 persen yang membagikan informasi wisata saat bertemu tatap muka.
KOMENTAR
0