Pandemi COVID-19 memberikan dampak negatif terhadap berbagai industri, salah satunya ialah pelayaran. Colliers International mencatat bahwa sejak Maret 2020 seluruh kapal pesiar di Asia telah menangguhkan perjalanannya dan memberikan kesempatan bagi pelanggannya untuk mengubah jadwal keberangkatannya di masa mendatang.
“Sejauh ini, industri pelayaran menjadi salah satu yang paling berpengaruh dari dampak COVID-19. Mereka mengizinkan seluruh penumpangnya yang sudah melakukan transaksi untuk mengubah pemesanannya hingga efek COVID-19 mereda,” kata Govinda Singh, Executive Director, Head of Hotels & Leisure Asia.
Sejak COVID-19 melanda dunia, sebagian besar pelabuhan di Asia melarang kapal pesiar yang berada di pinggir laut untuk kembali berlayar. Saat itu, pemerintah Australia juga sudah melarang semua kapal pesiar untuk mengangkut lebih dari 100 penumpang hingga pertengahan September 2020. Hal yang sama juga dilakukan oleh Kamboja yang telah menolak semua kapal pesiar dan perahu Mekong dari Vietnam untuk masuk dok negaranya.
Selain itu, Terminal Kapal Pesiar The Kai Tak di Hong Kong juga telah menutup pintu terminalnya hingga waktu yang belum ditentukan. Bahkan, tiga perusahaan pelayaran terbesar di dunia, yakni Royal Caribbean, Carnival, dan Norwegian Cruise Lines, telah mengeluarkan peringatan saham bagi para investor yang ingin bergabung di dalamnya.
Royal Caribbean juga telah memberikan protokol kesehatan yang ketat bagi masyarakat yang ingin berlayar menggunakan kapal miliknya. Beberapa di antaranya ialah menolak penumpang yang dinyatakan positif COVID-19 serta mengembalikan uang secara penuh bagi tamu yang telah melakukan perjalanan dari, ke, melalui, atau berhubungan dengan siapa pun dari Cina Daratan, Hong Kong, Makau, Iran, Korea Selatan, dan Italia dalam 15 hari sebelum boarding.
Setelah beberapa bulan mengalami tiarap, industri pelayaran mendapatkan angin segar dari Genting Cruise Lines yang mengusulkan “cruise bubbles” pada November 2020. Oleh sebab itu, Genting Cruise Lines diklaim sebagai operator kapal pesiar pertama di dunia yang melakukan kembali pelayaran di jalur yang telah ditentukan. Kapal pesiar ini mulai kembali berlayar dengan dua hingga tiga malam keluar Taiwan.
“Kapal Genting lainnya bahkan telah merencanakan pembukaan kembali kasino di dalamnya dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan tambahan,” dia menambahkan.
Hal serupa juga dilakukan oleh Singapura yang telah mengizinkan pelayaran di negaranya sejak November 2020. Namun, hanya kapal pesiar yang memiliki sertifikasi tertentu saja yang akan diizinkan untuk berlayar. Dalam melakukan perjalanannya, kapasitas penumpang akan dibatasi hingga 50 persen dari kondisi normal, setidaknya untuk satu hingga tiga bulan ke depan.
Meskipun beberapa pelayaran telah dilakukan, ketakutan terhadap industri ini masih tetap ada akibat dampak COVID-19. Jika ke depannya industri ini akan pulih kembali, maka akan memengaruhi penjualan dan minat masyarakat terhadap kapal pesiar, khususnya pasar Asia. Pasalnya, beberapa tahun belakangan ini, Asia telah menjadi pasar yang penting bagi perusahaan pelayaran internasional.
KOMENTAR
0