Wisatawan Domestik Digenjot Dengan 3M dan 3T

Monday, 22 February 21 Bonita Ningsih
wisatawan di candi borobudur pandemi covid

Pandemi COVID-19 menjadi pukulan berat bagi pelaku industri Tanah Air, khususnya pariwisata. Pariwisata yang mengandalkan pergerakan manusia harus dihentikan sementara untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Tidak hanya di Indonesia, negara lainnya pun ikut merasakan dampak dari pandemi COVID-19

“Tahun 2020 menjadi tahun yang berat buat kita semua, di mana pembatasan pergerakan manusia telah dibatasi, baik dari nasional maupun internasional,” kata Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Berdasarkan data dari pemerintah, jumlah wisatawan mancanegara pada tahun 2020 turun sebesar 74,67 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu pula dengan wisatawan domestik yang harus turun hingga 29,7 persen. Dengan begitu, jumlah devisa negara di tahun 2020 juga mengalami penurunan sebanyak US$3,54 miliar atau sebesar 79,1 persen dari tahun sebelumnya.

BACA JUGA:   Aliansi Pariwisata Belanda Buka Kantor Representatif Di Indonesia

“Jumlah wisatawan mancanegaranya memang sangat turun jika dibandingkan tahun lalu. Makanya, jumlahnya mau kita genjot tahun ini dimulai dari wisatawan domestik dulu,” ucapnya lagi.

Melihat kondisi tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno akan menekankan protokol kesehatan berbasis CHSE di seluruh layanan publik pariwisata. Penerapan CHSE erat hubungan dengan disiplin 3M, yakni mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak. Selain itu, juga akan diimbangi dengan penerapan 3T, yakni testing, tracing, dan treatment.

“Penerapan protokol kesehatan yang ketat akan menurunkan angka penyebaran COVID-19. Langkah ini juga menjadi kunci utama dalam upaya membangkitkan kembali industri pariwisata dan ekonomi kreatif,” ungkap Sandiaga.

BACA JUGA:   Wisata Heritage di Perbatasan Myanmar dan Thailand

Penerapan protokol kesehatan juga sejalan dengan pendistribusian vaksin COVID-19 yang sedang dilakukan oleh pemerintah pusat. Bahkan, menurut Angela, saat ini pemerintah sedang membuka vaksin tahap kedua bagi pekerja publik di mana pelaku pariwisata ada di dalamnya.

“Program vaksinasi ini tetap membutuhkan waktu agar masyarakat Indonesia mencapai kekebalan secara berkelompok. Pelaksanaan vaksin juga tak menghilangkan kewajiban kita untuk menjalankan 3M dan 3T,” ujar Angela.