Pandemi COVID-19 yang saat ini melanda dunia menjadikan orang ketakutan untuk melakukan perjalanan, baik wisata maupun perjalanan bisnis. Hal tersebut menjadikan maskapai penerbangan mengalami penurunan jumlah penumpang serta berimbas pada sepinya bandara.
Di setiap bandara, terdapat banyak sektor industri yang menggantungkan usahanya pada penumpang pesawat, di antaranya adalah restoran, toko oleh-oleh, dan cenderamata, toko bebas pajak (duty free), serta gerai retail lainnya yang menjual aneka keperluan perjalanan (travel retail). Industri duty free dan travel retail berhubungan erat dengan lalu-lintas penumpang di bandara. Semakin banyak penumpang yang datang, semakin tumbuh industri ini.
Namun, dampak pandemi COVID-19 mengakibatkan berkurangnya wisatawan sehingga mengakibatkan bandara sepi. Hal ini berimbas pada industri duty free dan travel retail yang berkurang omzet penjualannya sehingga mengakibatkan lebih dari 320.000 pekerja di industri duty free dan travel retail yang ada bandara di Asia Pasifik terancam.
Melihat kenyataan tersebut, Asia Pacific Travel Retail Association (APTRA) mendesak negara-negara di seluruh kawasan untuk memasukkan industri duty free dan travel retail dalam paket kebijakan mereka. Menurut data yang dirilis pada Oktober 2019 dengan tajuk The Economic Impact of Duty Free and Travel Retail in Asia Pacific, industri ini memiliki omzet US$36 miliar serta menyumbang hampir US$15 miliar untuk PDB di seluruh Asia Pasifik.
Grant Fleming, Presiden APTRA, mengatakan, “Perkembangan dari industri duty free dan travel retail pada hakikatnya terkait dengan industri penerbangan dan kelautan, dan kelangsungan hidupnya sepenuhnya tergantung pada pulihnya lalu-lintas penumpang.”
KOMENTAR
0