Dalam keadaan terjepit, kreativitas kerap muncul. Itu dirasakan oleh Aris Dwi Atmoko, Cluster General Manager Dafam Fortuna Yogyakarta, ketika pemerintah mengeluarkan imbauan untuk tak meeting di hotel pada tahun 2014. “Saat itu kinerja hotel turun sekali. Tapi kami tidak boleh menyerah, intinya bisnis harus tetap jalan, the show must go on,” katanya.
Kemudian, tebersitlah ide untuk menyelenggarakan acara yang dapat meningkatkan brand awareness, meningkatkan pendapatan hotel, plus menghibur karyawan. Aris kemudian mendorong acara internal hotel yang kerap diselenggarakan oleh tim food and beverage agar naik kelas menjadi acara berskala internasional.
“Lalu kami menyelenggarakan konser musik setahun dua kali dan membuat pertunjukkan stand up comedy setahun tiga kali. Semua acara itu dikerjakan sendiri oleh karyawan, tidak melibatkan event organizer dari luar. Karyawan jadi EO,” kata Aris.
Lebih lanjut ia menjelaskan, ketika ada event, karyawan yang terlibat sekitar 30 orang. Job desk karyawan pada hari acara semuanya berubah. Karyawan housekeeping ada yang menjadi liaison officer (LO), serta tukang masak atau sales ada yang jadi event koordinator atau pun stage manager.
Meskipun digarap oleh karyawan hotel, acara konser musik atau pun stand up comedy yang diselenggarakan tetap berbuah rupiah. Konser Sheila on 7 yang berlangsung pada Juni dan konser band Padi pada April misalnya, tiket yang disediakan terjual habis.
“Ini jadi pendapatan hotel. Pada Juni, kontribusi terhadap pendapatan hotel mencapai 30 persen, dan pada April mencapai 35 persen. Hampir semua event yang diselenggarakan untung karena kami selalu berhitung, harus matang persiapannya dan matang penjualannya,” kata Aris.
Menurut Aris, setiap kali menyelenggarakan acara, pekerjaan utama karyawan dipastikan tidak akan terganggu. Selain tim sudah terbiasa menyelenggarakan acara internal di hotel, persiapan acara pun tak lama, sekitar 2-3 bulan. Untuk koordinasi, Aris hanya melakukan meeting dengan tim terkait untuk persiapan acara.
Terkait dengan promosi acara, Aris juga memanfaatkan medsos karyawannya. “Semuanya menjadi sales agent. Medsos karyawan saya misalnya ada 250, minimal mereka itu punya teman 200 orang di Instagram, bila dikalikan berarti promosi tersebar kepada 50.000. Mereka pun senang hati melakukan itu, kebanggaan buat mereka karena hotel lainnya tidak ada yang bisa bikin acara seperti itu,” katanya.
Sementara itu, acara-acara yang diselenggarakan oleh Dafam Fortuna Yogyakarta keuntungan terbesarnya justru bukan dari berapa rupiah yang didapat, melainkan dari sisi brand awareness hotel. Acara yang rutin diselenggarakan secara berkala itu berhasil mengangkat pamor hotel dan berimplikasi pada performa hotel.
“Di Yogyakarta kompetisi hotel sangat ketat. Karena itu, kami harus membuat kreativitas dan ide-ide segar untuk meningkatkan performa hotel. Saat ini tingkat hunian kamar year to date mencapai 93 persen. Revenue, profit, dan guest comment hotel kami juga baik,” katanya.
KOMENTAR
0