Karma Events, Agar Publik Percaya Karma

Tuesday, 20 October 15 Venue

Nama Karma Wi Bangga atau Karma Events mulai bergema pada 2009 usai ditunjuk sebagai pelaksana Tour de Singkarak (TdS). Perusahaan organizer ini berafiliasi dengan Stuppa Indonesia (Stuppa Data), institusi yang bergerak di bidang pengembangan pariwisata sejak 1987, baik kegiatan konferensi tingkat nasional dan internasional, festival, ekshibisi, serta berbagai event-event promosi di dalam dan luar negeri (travel mart, sales mission, fam trip, dsb).

Penunjukan Karma sebagai pelaksana TdS merupakan tantangan besar. Perusahaan ini belum pernah menggarap ajang sport tourism berskala internasional. Karma pun bergerak cepat dengan menyiapkan instrumen pokok, mulai dari manual book penyelenggaraan dan rencana induk penataan destinasi yang terintegrasi dengan rute balap sepeda. Tugas Karma tak semata-mata menggelar ajang balap sepeda, tapi juga mempromosikan aset-aset wisata Sumatra Barat.

Singkat cerita, TdS perdana di 2009 berjalan mulus. Balap sepeda ini menampilkan rute sepanjang 457 kilometer, melibatkan 25 tim pembalap nasional dan internasional, serta menyuguhkan hadiah sebesar Rp600 juta.

Dampak dari TdS terhadap turisme Sumbar mulai terasa, misalnya dalam hal ketersediaan akomodasi. Bila pada 2010 Sumbar hanya memiliki 1.442 kamar hotel berbintang, pada tahun 2013 jumlahnya melonjak menjadi 3.210 kamar. Di sektor infrastruktur jalan, masyarakat juga sangat diuntungkan. Mafhum, semakin panjang rute sepeda, semakin panjang pula jalan yang harus dibenahi oleh pemerintah daerah. 

BACA JUGA:   PT Dwidayatour World Wide, Rapor Biru Perusahaan Keluarga

Episode TdS berikutnya juga merupakan tantangan bagi Karma. Guna memperbaiki kualitas pelaksanaan, seluruh pihak yang terlibat di TdS diajak melakukan studi banding ke ajang balap sepeda kelas kakap seperti Tour de France, Tour de Beijing, dan Tour de Langkawi. “Ini juga idenya Pak Sapta Nirwandar (kala itu Dirjen Pemasaran Pariwisata) untuk membuka cakrawala sehingga dapat melihat sisi positif yang dapat diserap dan diimplementasikan di TdS,” kata Hasan S. Prayogo, Project Director Tour de Singkarak.

Sukses menyelenggarakan TdS lima kali berturut-turut, Karma naik kelas. Pada tahun 2014, Karma tak sekadar bertindak sebagai organizer, tapi juga promotor. Bukan amanat yang mudah. Sebagai promotor, Karma harus berpikir ekstra agar TdS berumur panjang dan menguntungkan secara bisnis. 

Debut perdananya sebagai promotor juga menorehkan rapor biru. Dari sisi pelaksanaan, TdS 2014 menampilkan rute tempuh 1.250 kilometer yang melintasi 17 kabupaten dan kota di Sumbar, serta melibatkan 18 tim dari 21 negara.

Menurut Hasan, salah satu grand strategy untuk membesarkan TdS layaknya Tour de France adalah membuat wadah organisasi atau lembaga yang akan bertugas menyelenggarakan TdS secara berkelanjutan. “Jadi tidak tergantung pada dukungan dana dari pemerintah. Seperti Tour de France, kan ada ASO (lembaga penyelenggara Tour de France) yang bertugas mencari pendanaan, marketing, dan sebagainya,” kata Hasan.

BACA JUGA:   Pradnyawati Pambagyo, Berpromosi dengan Bujet Terbatas

Kekuatan Riset

Dalam industri MICE, Karma tak mau memosisikan dirinya sebagai “tukang” yang semata menyelenggarakan hajatan pesanan klien. Perusahaan ini juga dirancang untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan event??filosofi yang tecermin apik dalam motonya: Professional Event Creators and Organizers.

Menurut Wayan Suweta Darma, Direktur Karma, bisnis MICE mempunyai prospek yang luar biasa dan berdampak luas bagi daerah atau sebuah negara sehingga perlu penanganan profesional guna menciptakan produk MICE yang berdaya saing. “Aspek kreasi dan inovasi menjadi faktor kunci yang kami kedepankan,” katanya.    

Untuk menjalankan visi tersebut, Karma menciptakan tim atau divisi riset dan pengembangan yang didukung oleh pusat data dan informasi yang selalu update terhadap tren, literatur, dan sumber informasi lain serta memiliki network yang luas. Tim ini bertugas mencetuskan ide-ide segar untuk menjawab kebutuhan klien dan memasok amunisi bagi tim pelaksanaan di lapangan. “Konsep kuat yang dihasilkan oleh tim R&D dan dilaksanakan oleh manajemen andal itu menciptakan layanan yang melebihi ekspektasi klien,” kata Wayan.

TdS bukan satu-satunya acara yang sukses diselenggarakan oleh Karma. Dalam kurun enam tahun terakhir, perusahaan ini setidaknya telah menangani 82 acara berskala nasional dan internasional. Dua acara penting dalam portofolionya adalah World Batik Summit (2011) dan ASEAN Tourism Forum (2002 dan 2012). 

BACA JUGA:   Mey Nurnaningsih, CHA, Corporate General Manager PT Tentrem Hotel Management Indonesia: Bermain Lokal Untuk Pasar Global

Kontribusi tim Karma dalam menyumbangkan pemikiran dan gagasan penting yang kemudian menjadi salah satu momentum bagi pertumbuhan industri MICE di Yogyakarta adalah pada saat penyelenggara ASEAN Tourism Forum (ATF) 2002 di Yogyakarta. Kala itu, untuk menjamu 1.200 peserta, Yogya belum mempunyai venue seluas 10.000 meter persegi yang disyaratkan panitia. Sempat muncul gagasan penggunaan struktur tenda untuk memenuhi kebutuhan ruang ekshibisi dan konferensi yang diperlukan dalam penyelenggaraan ATF tersebut.

Berbekal riset dan pengetahuan di bidang MICE, tim Karma menyampaikan pemikiran bahwa penggunaan tenda sebenarnya menyedot biaya yang jauh lebih mahal daripada membangun venue baru. Tesis ini lalu diajukan kepada Gubernur DIY dan mendapatkan respons positif. Lahirlah kemudian Jogja Expo Center, salah satu motor industri MICE di Yogya.

Penulis: Bayu Hari