Di tengah membanjirnya investor hotel di Indonesia, perusahaan manajemen hotel pun bermunculan sehingga menimbulkan persaingan. Kompetisi tersebut tak lantas membuat pemain lama meredup, lalu menghilang. Hal itu dibuktikan oleh Sahid International Hotel Management & Consultant (SHIM&C) yang saat ini menaungi 20 hotel.
Untuk mengamankan posisi Sahid International menjelang lima dekade eksistensinya dalam industri perhotelan, sejumlah siasat disiapkan oleh SHIM&C, di antaranya bergerak agresif di pasar domestik dan internasional. Di dalam negeri, SHIM&C menargetkan akan membangun 17 hotel baru hingga 2016. Ekspansi akan difokuskan di sejumlah kawasan, seperti Yogyakarta, Malang, Puncak, Bogor, Bekasi, Anyer, Timika, Surabaya, Bangka, Manado, Bandung, Senggigi, Serpong, dan Semarang.
Menurut Hariyadi B. Sukamdani, Wakil Presiden Sahid Group, pembukaan hotel baru akan membuat total incoming kamar sebesar 3.950 pada 2016. Saat ini, total kamar yang dimiliki hingga Oktober 2014 mencapai 6.663 kamar. Selain itu, tahun depan SHIM&C juga akan membangun 10.000 kamar hotel bintang 2. “Semua itu belum termasuk proyek hotel bintang 3 di Bondowoso, Jawa Timur, dengan total 150 kamar,” kata Hariyadi.
Untuk pasar internasional, SHIM&C juga berencana membuka hotel bintang 3 dan 4 di kawasan Asia Tenggara, seperti Myanmar, Filipina, dan Kamboja. Menurut Hariyadi, ada tiga alasan yang mendasari pemilihan tiga negara tersebut. Pertama, perkembangan ekonomi ketiga negara tersebut dianggap cukup cerah. Kedua, harga tanah yang tergolong murah. Ketiga, pesona alam yang dapat menarik perhatian wisatawan.
Tiga Jurus Ekspansi
Guna mencapai target ekspansi, SHIM&C juga menyiapkan tiga jurus. Jurus pertama adalah pendanaan. SHIM&C menganggarkan belanja modal Rp 1,5 triliun selama 2014-2016 untuk menggarap proyek 17 hotel baru. “Sekitar Rp 700 miliar dari dana itu sudah tersedot untuk proyek di Yogyakarta,” tutur Hariyadi.
Jurus kedua adalah aplikasi metode City Mapping Plan. Vivi Herlambang, Director of Sales & Marketing and Business Development SHIM&C, mengungkapkan, dengan metode tersebut SHIM&C mempelajari setiap kota yang menjadi target proyek. “Dari situ, kami akan menentukan segmen pasar, bank swasta mana saja yang sudah masuk, serta hotel apa saja yang sudah dan akan beroperasi di kawasan tersebut. Selanjutnya, kami akan memilah kota-kota itu dalam kategori. Misalnya, kami belum memiliki unit hotel di Bogor, Bandung, Timika, Cepu, dan Serpong. Maka, kawasan itu akan masuk kategori A yang berarti prioritas,” terangnya.
Jurus yang terakhir adalah gencar berpromosi. Vivi mengatakan, brand lokal juga harus jeli menangkap tren global. Saat ini, promosi tak hanya dilakukan secara konvensional melalui pameran dan Table Top. Pemanfaatan teknologi digital, menurut dia, adalah solusi terbaik dalam berpromosi. “Kami memiliki situs sahid.com dan ada tim khusus yang mengelola e-commerce. Kami juga menyediakan booking engine yang terhubung langsung dengan hotel-hotel Sahid,” katanya.
Vivi menambahkan, pihaknya juga akan meningkatkan kerja sama dengan OTA (online travel agent) yang saat ini penggunaannya meningkat tajam. Tahun depan, penggunaan OTA ditargetkan mampu mendongkrak tiga kali lipat pendapatan SHIM&C. “Melalui booking online, tamu akan mendapatkan harga termurah sekaligus paket-paket menarik. Keuntungan ini tentu tidak akan bisa didapatkan apabila melakukan booking biasa,” tuturnya.
Hambatan dalam Berekspansi
Akan tetapi, rencana ekspansi tersebut bukan tanpa ganjalan. Vivi mengaku persoalan sumber daya manusia (SDM) dan kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada bisnis akan menjadi tantangan bagi SHIM&C di 2015. Saat ini, SHIM&C tercatat memiliki 20 pegawai di kantor pusat dan 2.500 orang di seluruh unit hotel. “Melihat kebutuhan SDM yang cukup tinggi, kami melakukan perekrutan dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Sahid. Kami juga mengambil SDM terbaik dari luar dan ada beberapa yang promosi langsung dari unit hotel kami,” katanya.
Sementara itu, untuk menyiasati penurunan okupansi sebesar 15-20% akibat kebijakan pemerintah yang melarang pegawai negeri sipil (PNS) menggelar pertemuan di hotel, SHIM&C memutuskan beralih pada outside catering. “Untuk mengisi penurunan itu, kami mengalihkan strategi dengan menawarkan outside catering. Strategi ini sudah kami jalankan di seluruh properti Sahid Group. F&B akan tetap menjadi penunjang karena pada dasarnya meeting room hanya fasilitas,” jelasnya.
Penulis: Pasha Ernowo
KOMENTAR
0