Kegiatan webinar memang bukan menjadi barang baru di industri MICE. Jauh sebelum pandemi COVID-19, webinar sudah sering kali digunakan untuk mendukung kegiatan MICE secara daring. Namun, saat pandemi ini berlangsung, webinar menjelma sebagai tren baru yang digemari oleh para pelaku bisnis atau MICE.
Salah satu pelaku MICE yang sering melakukan kegiatan webinar di tengah pandemi ialah Panca R. Sarungu, Founder Raja MICE. Di tengah sulitnya bisnis para organizer saat pandemi, Panca menjadikan webinar sebagai kegiatan utama untuk mengalihkan bisnisnya dan dijadikan wadah sebagai tempat bertukar informasi.
Jenis webinar pun dibagi menjadi dua, yakni ada yang berbayar dan ada pula yang gratis. Namun, khusus untuk webinar berbayar, memang membutuhkan upaya yang lebih untuk menarik perhatian banyak audien.
“Ada tiga poin yang saya perhatikan selama ini untuk menjadikan webinar itu sukses, khususnya yang berbayar. Apalagi, saat ini, daya beli masyarakat itu masih rendah, jadi harus benar-benar diperhatikan saat ingin membuat webinar berbayar,” jelas Panca.
Poin pertama yang harus dilakukan ialah dengan menyiapkan konten yang menarik saat penyelenggaraan webinar. Pengemasan konten yang menarik akan memberikan rasa penasaran bagi masyarakat sehingga dapat mengundang banyak audien.
“Waktu itu saya pernah datang ke sebuah acara keagamaan secara online, bentuknya YouTube live dan pesertanya bisa sampai 13.000 orang. Itu angka yang luar biasa, makanya, saya bisa katakan kalau content is the king,” ungkapnya lagi.
Langkah yang harus diperhatikan selanjutnya ialah pemilihan waktu yang tepat sesuai dengan target pesertanya. Jika pihak penyelenggara webinar tidak dapat memilih waktu yang tepat, maka kegiatan tersebut akan sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
“Misalnya target webinar kita itu dokter, berarti cari waktu di mana mereka sedang tidak bekerja. Begitu pula jika targetnya ingin mahasiswa, cari waktu di luar waktu kuliah mereka,” dia menambahkan.
Sedangkan poin terakhir yang harus disiapkan saat membuat webinar ialah berupa gimmick. Menurutnya, gimmick yang disiapkan tidak perlu terlalu mahal, misalnya saja berupa goodie bag, voucher, atau hanya berbentuk barang koleksi.
“Waktu itu ada pihak airlines yang membuat acara online, mereka menyiapkan miniatur pesawat untuk dijadikan gimmick. Walaupun hanya barang kecil, tetapi banyak orang yang cari dan mau ikutan acara itu,” ucap Panca lagi.
Menurutnya, cara ini menjadi cukup efektif dilakukan karena perilaku masyarakat Indonesia saat ini selalu mencari gimmick dalam sebuah acara. Oleh karenanya, hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pihak penyelenggara yang ingin menggunakan konten digital untuk menggelar sebuah acara.
“Itulah behavior orang Indonesia, ya mencari gimmick. Walaupun tidak seberapa harganya, mereka akan tetap mantengin acara tersebut hingga akhir acara karena biasanya gimmick itu akan dikeluarkan di pengujung acara,” ungkapnya.
KOMENTAR
0