Enam Desa Wisata Peninggalan Megalitikum yang Dapat Dikunjungi Wisatawan

Friday, 03 December 21 Bonita Ningsih

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menjadikan desa wisata sebagai salah satu destinasi yang memegang peranan penting dalam kebangkitan sektor parekraf Indonesia pasca pandemi. Kehadiran desa wisata dinilai dapat membuka peluang usaha baru bagi para pelaku industri kreatif lokal.

Desa wisata yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia beragam daya tarik di dalamnya seperti alam, seni budaya, hingga edukasi. Namun, ada juga desa wisata yang menonjolkan unsur sejarah di dalamnya seperti memiliki situs peninggalan kuno di dalamnya.

Salah satu peninggalan kuno yang banyak ditemui di desa wisata adalah peninggalan zaman megalitikum, yakni berupa batu-batu besar. Wisatawan yang ingin merasakan pengalaman baru saat berwisata, dapat mencoba mengunjungi desa wisata tersebut.

Berikut ini, enam desa wisata dengan situs peninggalan megalitikum yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia:

1. Kampung Adat Bena Bajawa (Flores)

Desa wisata peninggalan megalitikum ini memiliki suasana asri dan eksotis. Desa ini juga mempertahankan konsep tata wilayah khas megalitikum dengan membangun rumah mengikuti kontur tanah. Dengan struktur rumah seperti itu, desa wisata ini akan terlihat seperti berundak dari kejauhan.

Masyarakat setempat juga mempercayai bahwa Kampung Adat Bena telah ada sejak 1.200 tahun silam yang lalu. Buktinya ada pada peninggalan megalitikum berupa batu besar berbentuk lonjong yang dinamakan Watu Lewa. Selain itu, ada juga batu berbentuk meja yang dinamakan Nabe. Kedua batu ini biasanya digunakan dalam ritual adat masyarakat Bajawa.

BACA JUGA:   Daejeon, Hub Konvensi Baru

2. Desa Kamal (Jember)

Berada di Kecamatan Arjasa, Jember, Jawa Timur, desa wisata ini memiliki beragam jenis batu peninggalan megalitikum yang tersebar di berbagai tempat. Batu-batu tersebut tersebar di area persawahan, rumah warga, hingga halaman kantor desa.

Peninggalan megalitikum di Desa Kamal berupa batu kenong, tugu batu, hingga menhir. Terdapat 59 batu kenong yang telah ditemukan dan menjadi batu paling unik di Desa Kamal. Sebutan batu kenong muncul karena terdapat tonjolan di bagian atas batu yang sekilas menyerupai kenong (alat musik gamelan).

Masing-masing batu kenong memiliki satu hingga dua tonjolan di setiap sisinya. Jumlah tonjolan pada batu kenong punya makna tersendiri pada zaman megalitikum. Batu dengan satu tonjolan melambangkan lokasi penguburan, sedangkan batu dengan dua tonjolan digunakan sebagai alas bangunan rumah.

3. Kampung Praiyawang (Sumba)

Desa wisata ini terletak di Kampung Praiyawang yang berada di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Sumba Timur. Kampung Praiyawang letaknya sekitar 69 km ke sebelah timur Kota Waingapu.

BACA JUGA:   Atraksi Seni Budaya di Kaldera Toba Nomadic Escape Bantu Tingkatkan Pariwisata Daerah

Selain melihat peninggalan megalitikum, wisatawan yang datang ke sini juga dapat menemukan suasana desa yang kental dengan adat istiadat perkampungan Sumba. Kesan kuno nan magis di Kampung Praiyawang terlihat dari arsitektur rumahnya dan barisan kuburan tua megalitikum untuk kalangan bangsawan. Pada kuburan batu tersebut terdapat pahatan-pahatan yang menjadi simbol filosofi dari si pemilik makam.

4. Kampung Siallagan (Samosir)

Dalam bahasa Batak, wilayah ini disebut dengan Huta Siallagan, yang berarti Kampung Siallagan. Terletak di salah satu lokasi Destinasi Super Prioritas, Huta Siallagan, yang konon telah ada sejak ratusan tahun silam.

Kampung Siallagan memiliki luas sekitar 2.400 meter persegi dan dikelilingi tembok batu yang membentuk pagar setinggi 1,5-2 meter. Berdasarkan cerita turun-temurun, fungsi batu-batu tersebut untuk melindungi desa dari binatang liar dan serangan suku lainnya.

Selain pagar batu, peninggalan megalitikum yang ada di Huta Siallagan berupa batu berbentuk kursi dan meja yang dulunya digunakan sebagai tempat menghukum para pelanggar adat.

5. Desa Bawomataluo (Nias)

Desa wisata yang juga menyandang status sebagai desa budaya warisan dunia UNESCO ini memiliki peninggalan megalitikum yang ikonik. Peninggalan megalitikum di Desa Bawomataluo disatukan dalam Situs Tetegewo.

BACA JUGA:   Menyusuri Wisata Pecinan di Bangka Selatan

Situs ini menyimpan berbagai batu peninggalan megalitikum mulai dari berbentuk meja persegi, tugu, hingga meja bundar. Pada umumnya, batu-batu di Situs Tetegewo digunakan sebagai tempat pesta. Peninggalan megalitikum di Desa Bawomataluo diperkirakan telah ada sejak 5.000 tahun silam.

6. Desa Patemon (Situbondo)

Situbondo juga memiliki desa wisata megalitikum bernama Desa Patemon. Di desa ini diselidiki memiliki kurang lebih 26 peti jenazah dari batu atau sarkofagus. Selain itu juga ditemukan sisa perburuan liar pada zaman megalitikum yang terletak di dekat sarkofagus.

Uniknya lagi, tim peneliti juga menemukan berbagai bekal kubur berupa manik-manik, fragmen gerabah, serta fragmen alat pertukangan. Alat-alat tersebut diperkirakan sudah ada sejak zaman megalitikum di Desa Patemon, Situbondo.

Seluruh desa wisata tersebut sudah dapat dikunjungi para wisatawan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Tak hanya untuk berlibur, datang ke desa wisata tersebut juga dapat menambah wawasan sejarah Indonesia di masa lampau.