Pemerintah Kabupaten Raja Ampat telah membuka kembali pariwisata daerahnya secara bertahap sejak bulan Oktober 2020. Hal ini dilakukan sesuai dengan timeline yang disusun oleh Dinas Pariwisata Raja Ampat sebagai kegiatan pemulihan pariwisata akibat COVID-19.
Setelah kembali membuka pariwisatanya secara bertahap, Pemkab Raja Ampat mulai melakukan berbagai kegiatan untuk mempromosikan wisata di daerahnya. Salah satu ajang promosi yang telah dilakukan ialah Festival Bahari Raja Ampat yang digelar secara virtual pada 20-21 November 2020.
Tak hanya dikenal dengan keindahan bawah lautnya, Raja Ampat juga memiliki bentang alam yang memesona dengan keberagaman seni dan budaya dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu, pembukaan kembali pariwisata di sana menjadi angin segar bagi pencinta alam dan juga pelaku wisata setempat.
Yusdi Lamatenggo, Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat, mengatakan, dengan potensi wisata yang dimiliki daerahnya, sudah seharusnya dilakukan promosi secara berkala setiap tahunnya. Dispar Raja Ampat telah memiliki beragam program untuk mempromosikan pariwisata daerahnya yang sudah diatur dalam kalender event setiap tahunnya.
“Festival bahari ini menjadi salah satu event yang masuk ke dalam kalender event kita, dan setiap tahunnya secara bergantian kita promosikan wisata-wisata yang ada di sini. Tahun ini, kita fokus untuk memperkenalkan salah satu wisata alam, air, dan juga tarian tradisional sini,” ujar Yusdi.
Pertama, Dispar Raja Ampat akan fokus mempromosikan keindahan Kalibiru yang berada di sekitar Teluk Mayalibit. Sesuai dengan namanya, Kalibiru memiliki warna air yang biru dan juga dingin sehingga wisatawan dapat menikmati wisata ini seperti layaknya di atas laut.
“Di Kalibiru, orang bisa berenang di air tawar yang memiliki warna seperti air laut, yaitu warna biru. Bedanya, kalau berenang di laut biru Raja Ampat airnya panas, di sini kita bisa berenang dengan air biru tetapi dingin,” jelasnya lagi.
Wisata kedua yang akan menjadi fokus utama Dispar Raja Ampat ialah Warkesi, sebuah kawasan hutan yang berada di Pulau Waigeo. Hutan yang dikelola langsung oleh masyarakat adat Warkesi ini memiliki pemandangan yang menakjubkan karena terdapat aliran sungai kecil yang menenangkan dan dihuni oleh burung cenderawasih.
“Di sini juga disediakan camping ground untuk melihat lebih dekat flora dan fauna yang ada di sana. Wisatawan dapat menikmati keindahan burung cenderawasih wilson, cenderawasih merah, ular, dan juga burung jenis lainnya,” ungkapnya.
Sedangkan untuk jenis fauna yang tengah menjadi unggulan di hutan Warkesi ialah monstera adansonii atau yang biasa dikenal tanaman janda bolong. Di kota-kota besar, janda bolong dijadikan tanaman hias yang namanya semakin populer selama masa pandemi. Namun, di Warkesi, tanaman ini dilestarikan dan dijaga secara baik oleh masyarakat adat.
Selain mempromosikan destinasi wisata, Dispar Raja Ampat juga turut memperkenalkan budaya asli dari daerahnya. Tahun ini, Yusdi mengatakan akan mempromosikan tarian Wor ke khalayak luas sebagai salah satu tarian populer di Raja Ampat. Tarian ini dianggap sakral bagi masyarakat Raja Ampat karena hanya dapat dilakukan untuk menyambut para raja atau pembesar yang dihormati pada zamannya.
“Kita akan coba perkenalkan tarian ini karena tari Wor sudah masuk ke dalam warisan budaya Indonesia. Bahkan, beberapa waktu lalu, kami sudah menerima sertifikat nasional yang menyatakan bahwa tarian ini masuk ke warisan harta benda bangsa Indonesia,” katanya.
KOMENTAR
0