Industri meeting Indonesia kembali bergeliat menyusul keberhasilan pemerintah mencapai target vaksinasi di seluruh Indonesia, disertai semakin melandainya kasus COVID-19.
Raty Ning, Chairperson ICCA Indonesia Committee, dalam breakout session Indonesia MICE Outlook 2022 di acara Road to AVPN Conference & International Events 2022: Creative, Agile and Adaptive to The New Paradigm of Tourism and Creative Economy di Bali Nusa Dua Convention Center, 26 November 2021, mengatakan bahwa sejumlah adaptasi yang gencar dilakukan oleh industri MICE diharapkan mampu mengatrol kembali kondisi MICE Indonesia meraih kejayaan yang pernah mencapai titik puncak di tahun-tahun sebelum pandemi.
“Selama satu hingga dua tahun ke depan, pelaku industri MICE di Indonesia perlu beradaptasi dengan hybrid event dan mengedepankan protokol kesehatan dan keselamatan. Indonesia juga telah memiliki panduan CHSE untuk pelaku industri MICE,” ujar Raty Ning.
Raty mengatakan, pada tahun depan pertemuan global akan tetap ada dengan jumlah peserta yang lebih kecil dan dengan format hybrid. Sementara pelaku MICE di kawasan Asia akan lebih fokus untuk menyelenggarakan pertemuan tingkat regional.
“Dan masih di tahun depan, pasar domestik yang masih mendominasi industri MICE menjadi kesempatan yang harus terus dijaga. Dan nantinya akan terjadi seleksi destinasi di mana banyak pihak akan memprioritaskan standar kesehatan dan keselamatan,” ujarnya.
Beriringan dengan itu, ada lagi adaptasi yang wajib dilakukan, yaitu mengoptimalisasi teknologi digital dengan mendorong pelaku industri MICE cepat beradaptasi dan kreatif dalam mendesain event. Hal ini tentunya butuh kolaborasi dan kerja sama antara industri MICE dengan penyedia teknologi.
“Harus juga disadari bahwa virtual event bisa menambah (complimenting) live event. Selain itu, isu sustainable event management merupakan salah satu tren MICE global sebagai bentuk tanggung jawab sosial pelaku industri MICE,” bebernya.
Sementara itu, Indonesia juga masih memiliki peluang dan tantangan untuk membawa event internasional ke dalam negeri.
Data ICCA 2019 menunjukkan bahwa Indonesia berpeluang untuk mendatangkan pertemuan asosiasi internasional. Untuk itu, perlu kolaborasi yang kuat antara industri dan pemerintah. Hal ini akan dicapai di antaranya dengan langkah kesiapan asosiasi lokal untuk mengikuti bidding dan dukungan pemerintah yang lebih komprehensif.
Selain itu, juga perlu peraturan daerah yang memberikan kemudahan untuk pembentukan unit/bureau MICE di tingkat kota/provinsi. Dan brand yang kuat Indonesia sebagai destinasi MICE juga harus terus digaungkan.
Tak lupa bantuan teknis dari pemerintah (Kemenparekraf) untuk membantu pembentukan unit-unit MICE di tingkat kota/provinsi sangat dibutuhkan. Juga upaya meningkatkan exposure keunggulan destinasi harus semakin dikejar. Serta dukungan finansial (grant) dari pemerintah untuk capacity building SDM MICE terus diperlukan.
Selain itu, bentuk kolaborasi untuk membangkitkan bisnis MICE nasional bisa dilakukan pemerintah dengan memanfaatkan keanggotaan pada asosiasi-asosiasi kelembagaan internasional dan menjadi tuan rumah konferensi asosiasi-asosiasi tersebut.
“Pemerintah juga perlu menarik pertemuan-pertemuan global G2G ke Indonesia, sementara industri fokus pada pertemuan asosiasi internasional,” tutur Raty.
Pemerintah pusat dan daerah juga mendorong pertemuan-pertemuan K/L dilaksanakan secara offline dengan mengedepankan prokes keselamatan. Dan pemerintah mendorong asosiasi-asosiasi agar mengadakan pertemuan-pertemuan lokal, salah satunya dengan memberikan insentif kepada asosiasi.
Di sisi asosiasi industri MICE di Indonesia harus juga berperan dalam peningkatan capacity building SDM MICE melalui edukasi dan pelatihan bekerja sama dengan asosiasi MICE internasional.
KOMENTAR
0