Untuk menghadapi era industri 4.0, mahasiswa program studi D4 MICE Politeknik Negeri Jakarta mengadakan kuliah umum pada 17 September 2019. Mengangkat tema “MICE in Industry 4.0”, kuliah umum ini membahas prospek industri MICE dalam wilayah keahlian sumber daya manusia, teknologi, dan pemasaran dalam menghadapi era industri 4.0.
Untuk menyikapi kemajuan teknologi di era digital, Kuliah Umum MICE juga menggunakan scanning barcode untuk proses registrasi yang berbasis komputer untuk pertama kalinya.
Kegiatan tahunan ini mengundang tiga pembicara yang andal. Pada sesi pertama dipaparkan mengenai peluang sumber daya manusia yang bergengsi dan menjanjikan. Panca Sarungu, Pejabat Eksekutif Tertinggi Rajamice, mengatakan, setidaknya membutuhkan waktu 15 tahun untuk mendapat posisi tinggi dari tier 1 sampai tier 6 berkarier di industri MICE, tentunya disertai dengan beberapa kunci, salah satu poinnya adalah fokus, sharp, attentive, dan inisiatif.
Pada sesi kedua dilanjutkan dengan pemaparan mengenai penggunaan teknologi dalam kegiatan MICE yang disampaikan oleh Abynprima Rizki, Convention Manager Dyandra Promosindo. Keuntungan kemajuan di era 4.0 yang dapat dirasakan oleh Dyandra salah satunya adalah membaca feedback pengunjung yang dapat menarik untuk event ke depannya. Abynprima menambahkan, teknologi yang sudah digunakan oleh Dyandra antara lain fintech, scan barcode, wristband NFC, dan cloud computing.
Materi terakhir ditutup dengan pembahasan mengenai pemasaran dan pengembangan MICE oleh Hosea Andreas, Vice Chairperson INACEB. Ia menyampaikan, biro konvensi dan pameran sangat penting karena usaha pemasaran akan menjadi lebih luas hingga ke mancanegara, contohnya ialah IMEX dan AIME.
Terkait memanfaatkan era 4.0 dalam pengembangan industri MICE, salah satunya ia menyebutkan penggunaan big data ICVA untuk menetapkan pasar sasaran segmen asosiasi, dan menggunakan digital marketing untuk membangun awareness tentang Indonesia sebagai destinasi MICE. Namun, ada hal yang tidak kalah penting selain berjalannya kemajuan teknologi, yakni pertemuan secara tatap muka dengan para pelaku sektor industri MICE masih tetap diperlukan.
KOMENTAR
0